Biennale Jogja XV

Popok Tri Wahyudi

Posted on September 28, 2019, 12:28 pm
45 secs

Popok menilai, hidup di area yang dilintasi garis khatulistiwa merupakan sebuah keuntungan. Garis imajiner tersebut seolah-olah membuat wilayah yang dilintasinya berada di tengah-tengah, wilayah pusat. Oleh karena itu, Popok memasalahkan kesan bahwa kita berada di wilayah pinggiran.

Melalui karyanya, Popok membicarakan tentang keterhubungan antara wilayah-wilayah di Asia Tenggara yang ada di garis khatulistiwa. Dia berpijak dari falsafah Jawa, sedulur papat limo pancer, yang kurang lebih berarti “empat saudara menjadi lima sebagai pusatnya”. Dalam kepercayaan Jawa, setiap manusia mempunyai empat saudara spiritual, dan limo pancer mengasosiasikan manusia sebagai pusatnya atau pengontrol.

SEBELUMNYA

Arisan Tenggara

SELANJUTNYA

Yennu Ariendra