Tahun ini untuk memperluas gagasan tentang Asia Tenggara dan melihat khazanah khatulistiwa secara lebih beragam, kami menciptakan sebuah inisitiaf baru yang disebut sebagai Bilik Nasional. Kata “bilik” yang kami pilih merupakan sebuah tawaran untuk mengganggu konsep paviliun yang telah mapan dalam berbagai peristiwa kebudayaan internasional, yang terutama sejarahnya berawal dari pendirian paviliun nasional di Biennale Venice. Dengan memilih kata Bilik, tidak saja kami ingin menegaskan distingsi ini, tetapi Bilik juga merujuk pada gagasan pinggiran, seperti terpisah dari yang pusat tetapi menopang kekuatannya. Untuk edisi pertama bilik nasional 2019, kami bekerja dengan tiga negara yaitu Taiwan, Hong Kong dan Timor Leste, yang semuanya mempunyai relasi kuat dengan Asia Tenggara.
The Library of Possible Encounters berangkat dari gagasan untuk mengumpulkan berbagai keterhubungan dan perjumpaan di antara dua konteks, dan juga bagaimana keduanya berkait dengan dunia. Kelima seniman dalam pameran ini menunjukkan bagaimana relasi antara Taiwan dengan Asia Tenggara dalam sejarahnya yang panjang juga membentuk bagaimana kedua wilayah ini saling ‘memandang’ dalam konteks Yang lebih kontemporer.