Biennale Jogja XV

Sutthirat Supaparinya

Posted on Oktober 10, 2019, 11:47 pm
2 mins

Sutthirat Supaparinya lulus dari jurusan lukis di Faculty of Fine Arts at Chiang Mai University dan meraih diploma Media Arts dari Hochschule Fuer Grafik und Buchkunst Leipzig, Jerman. Karya Sutthirat Supparinya melintasi beragam medium seperti instalasi, objek, foto, dan gambar gerak. Dengan praktik artistik, dan lebih jauh lagi melalui penelitian-penelitian yang ia lakukan, ia menafsir informasi publik untuk mempertanyakan bagaimana kerja informasi secara efekttif mempengaruhi diri dan penontonnya, sebagai warga dunia.

Karya-karya terbarunya berfokus pada sejarah dan bagaimana dampak dari aktivitas manusia terhadap kehidupan yang lain, termasuk lanskap budaya dan sejarah di dalamnya. Karya dalam pameran ini merupakan hasil dari perjalanan seniman ketika mengikuti Residensi Sungai di Kalimantan Barat selama satu bulan. Ia menginvestigasi peristiwa sejarah yang tidak banyak dikenal yang terjadi pada 1943-1944 yang dikenal dengan tragedy Mandor.

Pengalaman tentang penderitaan, peneropongan dan hilangya fakta-fakta ketika seniman melakukan penelitian ini, semua muncul dalam karakter karyanya. Instalasi ini terbuat dari uang-uang pada masa pendudukan Jepang yang jumlahnya tidak terbatas yang digunakan oleh Indonesia (pada saat itu masih dalam jajahan VOC, dengan sebuah video di dalam instalasinya. Uang-uang ini mendorong kita untuk mempelajari nilai-nilainya, yang ditunjukkan oleh uang yang mengombinasikan desain Jepang dengan karakter lokal, yang sangat jelas, misalnya, “De Japansche Regeering Betaalt Aan Toonder” (The Japanese Government Promise To Pay The Bearer On Demand) dalam sen dan gulden, atau in cents and Guldens, then "Dai Nippon Teikoku Seiku" (Imperial Japanese Government) dalam uang rupiah.

Dua puluh persen dari nomer dalam cetakan uang kertas ini menyembunyikan peristiwa tersebut, dan membutuhkan usaha keras untuk bisa merangkai beragam fata atau untuk menemukan kata kunci untuk bisa dieksplorasi sendiri. Di bawah tumpukan uang-uang kertas ini, kita bisa menyaksikan satu video yang menampilkan tanda adanya kuburan masal di lokasi Makam Juang Mandor. Video ini direkam seminggu setelah peringatan berduka tahunan yang terjadi pada 28 Juni 2019.

 

Sumber foto: yebizo.com

SEBELUMNYA

Vandy Rattana

SELANJUTNYA

Tran Luong