Biennale Jogja XV

Tran Luong

Posted on Oktober 10, 2019, 11:57 pm
2 mins

Tran Luong adalah seorang seniman, kurator independen, seniman visual dan figur penting dalam menciptakan ruang seni kontemporer yang kritis di Vietnam. Karya-karyanya berbasis pada pengalaman lokal. Dengan menantang warisan sosial politik yang menekan ekspresi individu. Sebagai mentor generasi muda yang sangat murah hati, Tran Luong melakoni lebih dari praktik kurator, mendorong performans untuk bisa menembus batas, menegosiasi sendor dengan pihak yang berkuasa, menciptakan pertukaran di antara wilayah-wilayah yang ada di Vietnam. Karya-karyanya mengkritik menegaskan sisi dalam kemanusiaan, dan memberdayakan individu melalui aksi personal dan refleksi diri.

Ia mendedikasikan energinya untuk mengembangkan ruang, inisiatif, jejarik dan komunitas untuk karya video dan performans, untuk mempertahankan norma-norma dominan dan mendukung visi alternatif dalam konteks sensor dan kenyamanan. Komitmennya sangat tinggi untuk pembebasan ekspresi, pengayaan komunitas dan mendukung generasi muda. Karya ini mencoba untuk membawa isu-isu sosial dari perspektif masyarakat sipil secara alamiah dan kemudian meluas untuk menjadi sebuah forum diskusi. Dari sini, ia berupaya untuk menemukan solusi yang positif dan berkelanjutan terhadap isu-isu sosial yang telah menciptakan konflik, secara langsung mempengaruhi lingkungan budaya dan alam, hingga mendorong munculnya semangat komunitas pedalaman.

Ruang ini juga menjadi tempat bagi aktivis dan organisator sosial untuk bertemu, berjejaring, membagi pengalaman, meningkatkan pemahaman sosial dan saling dukung. Ruang ini diharapakan bisa menciptakan kesempatan untuk menunjukkan suara bagi para aktivis dalam sebuah ruang yang sudah mempunyai terpaan audiens seperti di Biennale Jogja. Dalam konteks praktik seni, Tran Luong ingin memperluas konsep ruang seni yang keluar dari bingkai kubus putih dan melihat kembali apakah yang disebut sebagai produk seni. Hal ini dapat menciptakan tantangan bagi pemerintah ketika harus mengontrol karya seni.

Karya ini juga berupaya membahas kerumitan dari isu hak cipta, melalui tatanan yang sengkarut antara praktik penciptaan seni dengan peran kurasi, penciptaan ruang untuk seniman muda, seniman dalam menara gading, investor, pemerintah, pembuat kebijakan untuk saling bertemu dan untuk berjumpa dengan individu dan sekelompok aktivis sosial.

 

Sumber foto: seaproject.asia

SELANJUTNYA

Moe Satt