Biennale Jogja XV

Yoshi Fajar

Posted on Oktober 11, 2019, 12:58 am
2 mins

Yoshi Fajar Kresno Murti adalah seorang tukang arsitek, praktisi arsip, aktivis, dan tukang kebun yang tinggal di Yogyakarta. Namun, komitmennya yang multi-disiplin tersebut justru berbasis dari keterlibatannya dalam mengorganisir, mendokumentasikan, mengadvokasi kampung kota sebagai entitas ruang dan sosial. Tahun 2000 – 2008 ia bekerja di Yayasan Pondok Rakyat, sambil mengajar di beberapa universitas. Pada 2009 – 2016 ia bekerja sebagai Koordinator Riset dan Pengembangan Program di Indonesian Visual Art Archive (IVAA), hingga sekarang ia menjadi Ketua Yayasan di lembaga tersebut. Bersama teman-temannya, Yoshi mendirikan Sekolah Budaya mBrosot di Kulonprogo, Museum Bergerak 65, dan Galeri Lorong.

Ugahari adalah sebuah praktik arsitektur yang bersifat sosial-lingkungan, relasional, berbasis sumberdaya dan berorientasi proses, yang ia bangun sejak 2008. Dengan menggunakan anarki sebagai perspektif, ugahari bermaksud mengambil alih otoritas produksi ruang kembali pada yang menghidupi. Tulisan-tulisan Yoshi bisa ditemukan pada Katalog Data pada Seni dan Isu Sosial (IVAA 2011), Plating Tlecek Ruang Arsitektur (2012), Babad Kampung: Merayakan Sejarah dan Identitas Kampung di Yogyakarta pada buku Performing Contemporary Indonesia (2015), sebagai editor pada Arsipelago: Archival Work & Archiving Art and Culture in Indonesia (2014), and penulis Urbanisme Halaman Rumah di buku Halaman Rumah (2017).

Yoshi menghadirkan instalasi, ruang, peristiwa/momentum, dan dekonstruksi mengenai hotel sekaligus cara berpikir kita mengenai ruang (Asia Tenggara). Karya yang ia buat menghadirkan instalasi konseptual mengenai hotel dengan menyediakan beberapa ruang tidur, kamar mandi/toilet bersama, tempat swafoto, dan beranda santai. Melalui karyanya, Yoshi merespons site specific di sekitar area yang dibanguni hotel di Kota Yogyakarta. Dia hendak mengajak kita untuk “menantang” konsep hotel global yang standar, memusat dalam segala hal, dan yang bersifat korporasi. Dengan kondisi wilayah yang ekstrim (pinggir sungai, pinggir keramaian jalan, pusat kota, pinggir trotoar, dll), karya ini didirikan secara konseptual, kontekstual, dan responsif dengan tantangan sosial-budaya-politik-ekonomi kewilayahan, berikut segala problem teknisnya.

 

Sumber foto: diy.c2o-library.net