Biennale Jogja XV

Ipeh Nur

Posted on Oktober 11, 2019, 1:11 am
2 mins

Ipeh Nur menetap dan bekerja di Yogyakarta. Dia lulus dari Jurusan Seni Grafis, Institut Seni Indonesia. Kebanyakan karyanya merupakan ilustrasi hitam putih di atas kertas. Ipeh juga berkarya dengan menggunakan teknik dan media lain, macam sablon, etsa, mural, dan patung dari resin. Ipeh mengikuti berbagai pameran kelompok, antara lain 80 nan Ampuh, Bentara Budaya Yogyakarta (2019), Waktu dan Ingatan Tak Pernah Diam, IVAA, Yogyakarta, Pressing Matters, Framer Framed, Amsterdam (2018), Beyond Masculinity, Ark Galerie, Yogyakarta (2017), dan The 1st Jogja Miniprint Biennale, Museum Bank Indonesia Yogyakarta dan Mien Gallery, Yogyakarta (2014). Di tahun 2018, Ipeh mengadakan dua kali pameran tunggal masing-masing berjudul Salimah di REDBASE dan Banda di Kedai Kebun Forum.

Ipeh berkesempatan untuk mengikuti program Residensi Kelana Laut di Desa Pambusuang, Kabupaten Polewali-Mandar, Sulawesi Barat. Selama proses residensinya, Ipeh mengulik tradisi atau ritus masyarakat yang terkait dengan laut. Kepercayaan akan hal gaib/mistik, istana laut, hantu-hantu laut, Nabi Khaidir sebagai penguasa laut, dan pemali menjadi salah satu bentuk penghormatan sekaligus upaya untuk menjaga laut yang menjadi sumber penghidupan. Berbagai jenis ritus dan tradisi diwariskan secara turun-temurun, termasuk ritus dalam memperlakukan produk atau teknologi yang mereka ciptakan, dalam hal ini rumah dan perahu. Rumah dan perahu diyakini mempunyai roh atau jiwa yang disimbolkan dengan posiq (pusar). Dalam pembuatan perahu, misalnya, seorang dukun perahu akan diundang untuk melakukan ritual mapposiq (pemberian pusar). Pusar pada perahu mengandaikan sebuah pengharapan akan keselamatan dan limpahan rejeki saat melaut. Demikian halnya pusar rumah (posiq bola), yang menjadi tempat ritual untuk meminta keselamatan dan keberkahan bagi kerabat mereka yang tengah melaut. Temuan-temuan selama proses residensi itu diolah ulang oleh Ipeh dengan memberikan penafsiran-penafsiran baru dari apa yang dia pelajari di Pambusuang.

 

Sumber foto: framerframed.nl

SEBELUMNYA

Deden Sambas

SELANJUTNYA

Suvi Wahyudianto