Muhlis Lugis adalah seniman yang tinggal dan bekerja di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah menamatkan studi di Program Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Makassar pada 2011, dia kemudian merantau ke Kota Yogyakarta untuk melanjutkan studi pasca-sarjana di ISI Yogyakarta dengan bidang konsentrasi penciptaan seni grafis. Saat ini, Muhlis tercatat sebagai dosen di Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Makassar. Muhlis mulai dikenal di dalam skena seni rupa Indonesia setelah berhasil menjadi pemenang ketiga dalam Triennale Seni Grafis Indonesia V yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya Jakarta. Di samping itu, dia juga aktif di berbagai jenis perhelatan pameran dan art fair, di antaranya; LIU&LUGIS Hallway Exhibition, Ludo Gallery, Singapura (2015), Makassar Biennale (2015 dan 2017), Young Art Taipei, Taiwan (2016), ASIA CONTEMPORARY ART SHOW, Hongkong (2016), Pekan Seni Grafis Yogyakarta (2017), dan sebagainya.
Pada Biennale Jogja di tahun ini, Muhlis mengeksplorasi cerita tentang To Balo (orang belang) yang mendiami sebuah kawasan terpencil di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Komunitas ini hanya berjumlah 9 orang dan semuanya berkulit belang. Masyarakat Sulsel percaya, tubuh mereka menjadi belang karena kutukan dan selalu berjumlah ganjil. Satu kelahiran bisa berarti kematian bagi salah satu warganya. Jumlah populasinya diyakini tidak akan pernah genap. Muhlis akan membalik narasi tentang To Balo, mengangkat kembali posisi mereka sebagai keturunan dari orang-orang yang pernah membantu kerajaan setempat, alih-alih mengafirmasi pandangan umum tentang mereka sebagai orang-orang yang dikutuk.