Hildawati Soemantri (lahir 1947) lulus dari jurusan Keramik di Institut Teknologi Bandung. Selanjutnya ia mengajar di Institut Kesenian Jakarta, dan melanjutkan karir akademiknya hingga ia meraih gelar Doktor dengan disertasinya yang mengupas artefak Terakota di situs kerajaan Majapahit. Hildawati adalah perempuan pertama yanh meraih gelar Doktor sejarah seni di Indonesia. Ia mendedikasikan hidupnya terutama untuk mengajar dan bahkan mendirikan studio keramik di IKJ. Pameran tunggal nya pada 1974 di Taman Ismail Marzuki dengan segera menjadi perhatian khalayak seni karena pendekatan-pendekatan non konvensional terhadap keramik yang ditunjukkannya. Terakhir, ia menggelar pameran tunggal pada 2003 di Galeri Cemara Enam beberapa saat sebelum ia berpulang.
Hildawati boleh disebut sebagai generasi pertama seniman Indonesia yang membicarakan kerajinan (craft) secara sejajar dengan seni rupa. Dualitas atau oposisi-hierarkis antara kerajinan (craft) dan Seni murni (fine Art) sebenarnya tidak pernah dikenali sebelumnya di Indonesia. Hanya saja, dualitas tersebut–yang hanya eksis di dalam sejarah seni Barat–turut direproduksi di lingkungan kampus seni di Indonesia dan terus berlangsung hingga sekarang. Meskipun demikian, kita perlu melihat bahwa Hildawati adalah anak zamannya, dan usahanya untuk memberi konteks baru pada perdabatan itu tetap perlu dicatat sebagai sebuah pencapaian penting dalam sejarah seni rupa Indonesia.
Salah satu katu karyanya yang dibuat pada 1978 (tidak berjudul), akan direplika ulang oleh Purnomo Clay. Bentuk karyanya berupa 15 buah bola dari keramik dengan glasir. Karya tersebut, selain menunjukkan usaha Hilda dalam menyuguhkan bentuk baru dari kerajinan pada masanya, juga ditujukan untuk menjadi pelatuk bagi perdebatan mengenai wacana kerajinan kontemporer di Indonesia.
Sumber foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id