Biennale Jogja XV

Ling Quisumbing

Posted on Oktober 31, 2019, 12:03 pm
2 mins

Christina Quisumbing Ramilo tinggal dan bekerja di Filipina sebagai seniman dan kurator. Karya-karyanya merupakan hasil kajian dan imajinasi ulangnya atas benda lewat pemahamannya tentang material. Praktik artistiknya menunjukkan ketertarikan dan penghargaannya pada kisah dan sejarah benda-benda. Ling, demikian ia akrab disapa, sering melakukan intervensi pada permukaan objek-objek yang dikerjakannya, lalu menampil sudut pandang yang berbeda daru bentuk dan fungsi aslinya. Ia sering menggunakan material-material yang tidak biasa, macam sisa-sisa bangunan dan kertas daur ulang, untuk karyanya. Beberapa proyek terakhirnya antara lain, Everywhere, There You Are, Areté (2019) dan Forest for the Trees, Art Fair Philippines Special Exhibition (2019). Sementara pameran terbarunya, misalnya, Dead Horse Bay, Silverlens (2019), Flight, Mo Space (2019), dan Ordo Ab Chao, Silverlens (2018).

Forest for the Tries: Peri-Peri Library” merupakan karya instalasi perpustakaan yang terbuat dari potongan-potongan kayu. Karya ini sebelumnya sempat ditampilkan di Art Fair Philippines Special Exhibitions pada bulan Februari 2019 dan Museo Sanso pada bulan Maret 2019. Karya pada edisi sebelumnya tersebut, dibuat dari kayu-kayu bekas bangunan cagar budaya yang ada di Filipina, sumbangan dari sejumlah seniman, serta kayu-kayu yang ia kumpulkan sendiri. Adapun kayu-kayu yang dikumpulkan untuk membuat edisi Peri-Peri ini adalah kayu dari rumah-rumah tradisional yang telah dibongkar di sejumlah kawasan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga sumbangan dari berbagai pihak.

Setiap potongan kayu yang digunakan oleh Ramilo mempunyai narasinya masing-masing. Potongan-potongan kayu dari bekas rumah-rumah tradisional, misalnya, yang telah dijual dan diganti dengan struktur beton; elemen-elemen arsitekturalnya dibeli oleh pemilik hotel, butik, restoran trendi, dan orang-orang kaya untuk membangun rumah pribadi mereka. Pembongkaran rumah-rumah tradisional untuk kepentingan ekonomi tersebut, dalam amatan Ramilo, telah mereduksi identitas kultural kampung menjadi komoditas belaka.

 

Sumber foto: philstar.com

SEBELUMNYA

Thanh Mai