Biennale Jogja XV

Marten Bayuaji Membicarakan Tambang Pasir Yang Menjadi Paradoks

Posted on July 31, 2019, 2:43 pm
2 mins

Marten Bayuaji atau biasa dipanggil Marten lahir di Jepara pada tahun 1992. Setelah lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan Pendidikan Seni Rupa tahun 2010, Marten melanjutkan S2 di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil konsentrasi Penciptaan Seni. Marten memiliki hobi naik gunung dan terinspirasi dengan karya Cristo. Dengan menggunakan material dari alam serta pabrikan, ia merespon landscape maupun membawa landscape alam ke ruang pamer.

Dalam karyanya ia tertarik untuk membicarakan presfektif ruang di alam dan hubungannya dengan sesama manusia. Dari hal tersebut ia dapat merasakan kedekatan emosi dan spiritual dengan alam. Pada tahun 2018 Marten mengikuti residensi ‘Three Musketeers’ yang diadakan oleh Ace House Collective. Pada 2015 hingga 2018 ia mengikuti pameran di Festival Kesenian Yogyakarta.

Marten merespon tema pinggiran dalam Pra Biennale Yogyakarta tahun ini. Saat diberi tema tersebut ia melihat bahwa tambang pasir menjadi headline, namun jarang dibicarakan mengenai kebutuhan manusia akan pasir. Menurutnya keberadaan penambangan pasir menjadi paradoks, apalagi dengan gencarnya pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Dalam karya ini Marten secara khusus membicarakan tentang Kali Gendol. Ia memiliki kedekatan secara emosional dengan tempat tersebut.

Menurutnya lokasi tersebut menarik karena merupakan jalur Gunung Merapi, yang merupakan gunung paling aktif di Indonesia. Dalam risetnya, para penambang sadar akan bahaya aktivitas penambangan terhadap alam. Namun alam juga memberikan berkah berupa banjir lahar dingin yang selalu mengisi kembali lokasi penambangan. Marten ingin menunjukkan bahwa pasir dapat membicarakan banyak hal, pasir memiliki identitas yang membawa nilai kemanusiaan. Serta ia ingin mengajak masyarakat untuk berpikir tentang seberapa banyak aktivitas vulkanik terhadap kebutuhan akan material vulkanik. (*)