Biennale Jogja XV

Pembukaan Pameran Utama Biennale Jogja XV Equator #5

Posted on October 21, 2019, 11:29 am
3 mins

Pameran utama Biennale Jogja XV Equator #5 resmi dibuka, Minggu, (20/10/2019) di Jogja National Museum. Pembukaan Biennale Jogja XV Equator #5 turut dihadiri Kanjeng Pangeran Haryo (Perwakilan Gubernur DIY), Aris Eko Nugroho S.P., M.Si. (Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta), serta berbagai tamu undangan.

Biennale Jogja Equator #5 dibuka dengan doa bersama yang dipimpin oleh seniman Abdoel Semute dari Surabaya. Doa dilantunkan dalam berbagai latar belakang agama, mencerminkan keragaman yang ada di Indonesia. Setelah kata sambutan pembukaan oleh Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta Alia Swastika, para kurator; Akiq AW, Arham Rahman, dan Penwadee Nophaket Manont mengenalkan seluruh seniman yang terlibat dalam perhelatan Biennale Jogja XV Equator #5 ini.

“Yang terpenting adalah spirit kolaborasi dan berbagi dalam mempersiapkan, dari berbagai seniman dan panitia serta volunteer yang telah bekerja mempersiapkan selama dua bulan ini, representasi dari seni itu sendiri dalam mewujudkan Biennale Jogja Equator #5,” kata Alia Swastika.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta Aris Eko Nugroho S.P., M.Si. menyambut baik pelaksanaan Biennale Jogja XV, “Semoga dapat menjadi sarana diskusi edukatif antara seniman dan masyarakat, kami percaya bahwa Biennale membawa multi-player efek bagi masyarakat Yogyakarta,” ungkapnya.

Pemukulan gong oleh perwakilan dari Dinas Kebudayaan DIY, Aris Eko Nugroho S.P., M.Si. dilakukan sebagai tanda pameran Biennale Jogja XV Equator #5 telah resmi dibuka.

 

 

PENAMPILAN MUSISI DAN SENIMAN

Pembukaan Biennale Jogja XV Equator #5 juga turut diramaikan oleh para musisi dan seniman. Penampilan pertama diawali oleh musisi Thailand, Thanom and Friends yang menyambut berbagai tamu yang datang. Thanom and Friends menampilkan solo guitar akustik yang bernuansa musik tradisi Thailand.

Pada prosesi pembukaan juga tampil Icipili Mitirimin, sekolompo anak-anak yang memainkan gamelan dan alat musik tradisional di antaranya; gamelan, saron, gong dan lainnya

Selanjutnya giliran The Beast Kids unjuk gigi, mereka adalah band yang terdiri dari siswa SD Tumbuh Yogyakarta. Pada malam hari, kelompok queer Amuba menyapa pengunjung pameran Biennale Jogja XV yang semakin ramai. Dilanjutkan oleh Voice Of Baceprot, band hijabers metal asal Garut, Jawa Barat ini ternyata dinantikan oleh publik seni di Yogyakarta. Terbukti sejak awal pertunjukannya semua penonton sangat antusias. VOB dianggap mampu merepresentasikan tema pinggiran yang kami angkat.

Panggung pembukaan Biennale Jogja XV ditutup oleh aksi musisi eksperimental Pisitakun Kuantalaeng (Thailand) dan dilanjutkan oleh Raja Kirik yang berkolaborasi dengan Silir Pujiwati.