Fika Ria Santika lahir di Padang pada tahun 1987. Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu di Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, pada tahun 2012 Fika menyelesaikan studi Pasca Sarjana Penciptaan Seni Murni di Institut Seni Indonesia. Sebagai orang yang lahir dan tumbuh di Padang, Fika tertarik untuk mengangkat budaya Minangkabau. Berangkat dari falsafah ‘Alam takambang jadi guru’, ia mengembangkan bentuk visual dari representasi alam. Hal tersebut menjadi upaya Fika untuk belajar mendalami dan memahami alam.
Pemilihan medium dalam karya Fika berdasarkan sifat atau karakter yang mewakili gagasan yang akan ia angkat. Sebagian karyanya menggunakan kain, benang, tekstil, resin, dan akrilik, dalam bentuk dua dimensi, tiga dimensi, maupun kostum. Pada tahun 2015, Fika menjalani residensi Transit #3 di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Ia juga menjadi finalis Redbase Young Artist Award pada tahun 2016. Pada tahun 2019 Fika menjadi pameris dalam pameran kelompok “Monumenta: in Lightness” di Gajah Gallery, Singapura, serta pameran “Indonesian Women Artist, Into The Artist” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Fika Ria Santika menyampaikan gagasan mengenai songket sebagai salah satu hasil budaya Minangkabau melalui dua helai kain songket yang digantung di ruang galeri. Ia memesan dua helai kain tersebut ke pengrajin di Padang. Pemilihan motif songket dalam karya ini berdasarkan motif yang sedang popular di masyarakat. Yang jadi persoalan apakah masyarakat tahu secara dalam mengenai motif tersebut? Atau mereka hanya memilih berdasarkan kesan visual?.
Menurut Fika songket tidak hanya bernilai sebagai bahan sandang, tetapi juga sebagai medium untuk mewariskan falsafah minangkabau ke generasi selanjutnya. Permasalahan paling dasar yang kemudian ingin ia buka kembali adalah pemahaman tentang nilai songket yang lebih dalam. Sebuah nilai yang tidak hanya perihal materi. Melalui karya ini, Fika ingin menggali lebih dalam makna songket dengan cara melihat satu-satu benang yang sudah ditenun. Nantinya Fika mengharapkan pengunjung turut berpartisipasi untuk ikut membuka satu per satu helai benang yang ada pada kain songket tersebut. Ia akan mendokumentasikan aktivitas pengunjung tersebut dalam bentuk video. (*)