Melalui tiga buah kanvas berukuran 180 x 120 cm, Riski Januar menyampaikan kritik terhadap sejarah seni rupa Indonesia yang tidak pernah selesai di setiap periode. Riski melihat bahwa seni rupa Indonesia tidak memiliki ciri khas tersendiri. Seni rupa Indonesia masih mengadopsi gaya barat walaupun persoalan yang dihadapi berbeda. Hingga kini tidak ada pembacaan-pembacaan yang berkelanjutan pada seni rupa Indonesia. Seperti halnya ketika mooi indie dibabat habis, dan Sudjojono yang nampak begitu superior.
Selanjutnya masuk ke era komunisme, dimana lukisan kerakyatan diusung dan akhirnya beralih ke era dekoratif yang tidak merepresentasikan dan mengritik apapun. Menurut Riski hal tersebut berdampak ke seniman di era sekarang yang
mengalami kebingungan perihal definisi seni rupa kontemporer. Ketiga buah karya lukisan Riski sengaja tidak diselesaikan dan ditutup separuh dengan kemasan karton dan bubble wrap yang akan disandarkan di ruang pamer.
Pada kemasan karton Riski akan menuliskan kutipan-kutipan dari Sudjojono maupun seniman yang berelasi dengan beliau. Masing-masing lukisan Riski merepresentasikan karya tiga seniman yang saat itu berurusan dengan Sudjojono, yaitu Wakidi, Nasar, dan Oesman Effendi. Wakidi dipilih karena merepresentasikan periode mooi indie, penanda generasi Bumiputera. Nasar dipilih karena menjadi pelopor lukisan abstrak yang keluar dari konteks Sudjojono. Sedangkan Oesman Efendi dipilih karena paling getol melakukan kritik terhadap Sudjojono.
Riski Januar adalah seniman muda kelahiran Padang, tahun 1993. Pada tahun 2017 ia menyelesaikan studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Fine Art Fotografi. Setelah jenuh mengekloprasi teknik cetak menggunakan anthotype dengan material daun bayam, dua tahun lalu Riski mantap berkarya dengan medium painting yang dipelajari secara otodidak. Sebagian besar karya Riski merupakan lukisan mooi indie yang menampilkan lanskap. Menurutnya lanskap tidak hanya berarti pemandangan secara harafiah. Ada sudut pandang lain yang bisa dilihat dari hal tersebut. Riski sempat menggelar pameran tunggal bertajuk “Artganic” pada tahun 2015 di Via-via Kafe Yogyakarta. Pada tahun 2018 Riski mendapat penghargaan Emerging Artist Award di BAKABA #7 yang diselenggarakan Sakato Art Community. (*)