Wisnu Ajitama lahir di Kediri pada tahun 1991. Setelah lulus dari Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta (2016), ia melanjutkan studi Pasca Sarjana Penciptaan Seni Murni di Institut Seni Indonesia. Berangkat dari hobi naik gunung dan susur gua, karya-karya Wisnu membicarakan isu sosial yang berkaitan dengan hubungan alam dan manusia.
Ia merespon material yang ada di alam, seperti akar dan tumbuhan, untuk diolah kembali menjadi instalasi dengan ukuran besar sejak tahun 2014. Wisnu berkarya di ruang-ruang tersembunyi (seperti: hutan, gunung, dan sungai yang minim aktivitas manusia) dan ruang publik. Pada pengerjaan setiap karya, ia merespon falsafah setiap lokasi dan melibatkan kerja sama masyarakat setempat.
Berbeda dengan material yang digunakan pada karya-karya sebelumnya, akar dan tumbuhan, pada karya ini Wisnu Ajitama merespon triplek bekas untuk menyampaikan gagasan tentang pinggiran. Menurut Wisnu triplek sangat dekat dan lekat dengan orang-orang pinggiran yang menggunakan material tersebut untuk membangun tempat tinggal.
Melalui material ini, Wisnu membuat konstruksi karyamenyerupai usus dua belas jari dengan display merespon ruang galeri dari lantai satu,tangga, hingga lantai dua. Usus dua belas jari ini merepresentasikan orang-orang pinggiran yang tidak mampu lagi menggunakan pikiran untuk menghadapi kemajuan zaman yang semakin cepat. Bagi orang pinggiran, usus dalam perutlah yang digunakan untuk berfikir. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan untuk makan.
Proses pengumpulan triplek bekas untuk karya ini memakan waktu selama dua minggu. Dalam kurun waktu itu, Wisnu mendatangi tiga puluh lokasi yang dipilih secara acak dengan kesadaran sebagai seorang pemulung. Ia meminta triplek bekas tersebut dengan alasan untuk mebuat kandang. Dari tiga puluh lokasi, ada sepuluh lokasi yang tidak memperbolehkan Wisnu untuk mengambil triplek bekas mereka. Sepuluh lokasi tersebut kebetulan berada di kota.
Beberapa karya Wisnu dapat ditemukan di Gunung Pengger (Dlingo, Bantul) dengan judul ”Environmental Art-TELEK RENCEK-RENCEK” dan di Gunung Watu Payung (Gunung Kidul) dengan judul “Environmental Art-TELEK OSENG”. Di tahun 2018 Wisnu terlibat dalam Pameran Nature, Private Space, and Shelter “CUNDHAMANI” Geumgang Nature Art Biennale 8th dan Cube Exhibition “CUBELEMENTS” Geumgang Nature Art Biennale di Korea Selatan. Ia juga menggelar pameran tungal di Bentara Budaya Yogyakarta bertajuk “Environmental Art-LENG” di tahun yang sama. (*)