Pada Pameran Seniman Muda mendatang, lewat karyanya Raden Kukuh Hermadi mencoba merekonstruksi ulang mitos Pulung Gantung. Kukuh heran dengan mitos yang berasal dari kampung halamannya yaitu Kabupaten Gunung Kidul. Banyak kejadian gantung diri yang terjadi di Gunung Kidul, setelah ia melakukan riset ternyata selain dilatar belakangi dengan hal-hal yang logis, mitos Pulung Gantung ternyata juga ikut berperan.
Pulung Gantung terdiri dari dua kata yaitu pulung (berkah) dan gantung (mengantung). Pulung Gantung dianggap sebagai bentuk tanda dari alam akan kejadian gantung diri. Pulung Gantung memiliki bentuk seperti bola api berekor panjang bewarna kebiru-biruan yang hinggap dari satu titik ke titik lainnya.
Menurut Kukuh gosip-gosip dari mitos yang berkembang di masyarakat ikut berperan dalam membuat konsep realitas baru. Namun gosip yang beredar sangat banyak dan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Dalam karyanya Kukuh akan menampilkan distorsi suara-suara yang berasal dari gosip-gosip yang dikatakan oleh masyarakat di beberapa titik koordinat di Gunung Kidul.
Kukuh ingin mengedukasi masyarakat untuk tidak menyepelekan manusia yang berkeinginan untuk bunuh diri. Ia mengajak audiens untuk saling peduli kepada sesama manusia, karena bunuh diri dapat terjadi pada siapa saja.
Raden Kukuh Hermadi lahir pada tahun 1995 di Gunung Kidul. Saat ini ia sedang menyelesaikan pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, jurusan desain grafis. Ia membuat berbagai macam instalasi yang tak jarang mengajak audiens untuk berinteraksi. Kukuh Hermadi berkeinginan untuk memadukan cetak grafis dengan kelistrikan. Dalam karya-karyanya ia menampilkan pengalaman personal dalam bentuk drawing dan cetak grafis. Kemudian pada masa
kuliah, ia tertarik untuk mengeksplorasi kampung halamannya yaitu Gunung Kidul.
Fokus tema yang ia angkat mengenai hubungan mitos dengan masyarakat di Gunung Kidul, ia ingin merekonstruksi mitos yang berkembang di sana. Pada 2018 Kukuh mengikuti Jogja Internasional Miniprint Biennale 3rd di Museum dan Tanah Liat Yogyakarta, kemudian pada tahun yang sama ia mengikuti program semi residensi WORK (IN) TITLE : SILANG TEMPAT di Institut Seni Indonesia
Yogyakarta dan (FSRD) Institut Teknologi Bandung. (*)