Biennale Jogja XV

Ratu R. Saraswati

Posted on Oktober 11, 2019, 10:29 pm
2 mins

Ratu Rizkitasari Saraswati, akrab dipanggil Saras, lulus dari Pendidikan Seni Grafis, Institut Teknologi Bandung. Dia banyak berkarya dengan medium performance. Saras ikut serta dalam banyak gelaran seni, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ia, misalnya, berpartisipasi dalam Exi(s)t #2: Instruksi, Dia.Lo.Gue Artspace, Jakarta (2013), Manifesto No. 4: Keseharian, Galeri Nasional, Jakarta (2014), Tracing, Saigon Domaine, Ho Chi Minh City, Vitenam (2015), dan JIWA: Jakarta Biennale 2017, Museum Sejarah Jakarta (2017). Optik-Optik Kecil (2019) dan Laif (2013) adalah pameran dan performance tunggalnya. Saras juga ikut dalam beberapa program residensi, antara lain, Sàn Art Laboratory Session 7, Sàn Art, Ho Chi Minh City, Vietnam (2015) dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam di 2020 nanti.

Ratu sempat melakukan sebuah pengamatan tentang pengalaman spiritual melalui ritual doa di tempat-tempat tertentu untuk meminta jawaban dari keputusasaan dan barokah. Melalui pengalaman tersebut, manusia atau subjek tengah menempatkan sesuatu yang material sebagai manifestasi dari yang Ilahiyah–baik sebagai representasi maupun perantara antara dirinya dengan Ilahi (yang sifatnya immaterial). Seringkali, manusia membutuhkan sebuah perantara material untuk menghubungkan dirinya dengan Ilahi. Hal tersebut dikarenakan pengalaman ketubuhan serta sesuatu yang material, sifatnya lebih terukur dan nyata bagi manusia.

Gagasan tersebut diterjemahkan oleh Ratu melalui karyanya. Di dalam karyanya, Ratu memilih untuk menggunakan panas tubuh yang tercipta dari persentuhan antara tubuh manusia dengan kulit kambing yang telah disamak bersih yang bersifat translucent. Panas tubuh (seniman dan juga partisipan) akan hadir pada material kulit kambing tersebut setelah persentuhan terjadi. Diharapkan, terjadi sebuah pertukaran panas tubuh yang tentunya memiliki perbedaan di tiap-tiap partisipan.

 

Sumber foto: cnnindonesia.com

SELANJUTNYA

Arif Setiawan