Studio Malya merupakan salah satu kolektif yang terbentuk pada tahun 2018, diinisiasi oleh beberapa mahasiswa Fisipol UGM yang tergabung pada kegiatan teater selasar. Teater sealasar sendiri merupakan salah satu kegiatan seni pertunjukan yang ada di Fisipol UGM. Gagasan awal terbentuknya kolektif ini merupakan bentuk atas kegelisahan dari setiap anggota yang merasa ingin membuat suatu proyek kegiatan yang berkelanjutan secara organik. Berlatar belakang dari lintas disiplin ketertarikan yang berbeda dari setiap anggotanya, Studio Malya mencoba eksperimen ke berbagai bentuk hal dengan memasuki berbagai ranah seni rupa ataupun seni pertunjukan.
Sempat bekerja sama dengan kegiatan SACS (Selametan Anak Cucu Sumilah) 2018. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kolektif ini berupa diskusi, pertunjukan, pameran arsip, pemutaran film dan yang lainnya. Bentuk-bentuk kegiatan yang terlaksana di Studi Malya juga merupakan salah satu cara untuk mendukung proyek personal dari masing-masing anggota.
Karya instalasi suara menggunakan medium kaleng dengan jumlah 65 merupakan metode telepon sebagai alat untuk merekam dengan mengangkat gagasan isu 65 saat pada masa itu. Kemudian relasi antara isu 65 ini dengan mencoba membuka kembali dengan pertanyaan bagaimana isu 65 dibicarakan pada hari ini. Dalam benak salah satu anggotanya, jika membicarakan isu 65, maka tercetuslah keinginan untuk membuat museum dengan diorama. Museum yang diharapkan menjadi rekonsiliasi jangka panjang dengan penggunaan karya ini direfleksikan sebagai anti diorama kemudian karya ini berbicara mengenai new museum yang kehadirannya menyimpan kontroversial. (*)