Suvi Wahyudianto lulus dari Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya. Saat ini, Suvi berdomisili di Yogyakarta. Suvi ikut serta dalam berbagai pameran, antara lain Sea Focus, UOB Plaza, Singapura, Pameran Besar Seni Rupa 6, Kota Batu, dan Manifesto 6, Galeri Nasional, Jakarta (2018). Dia juga meraih beberapa penghargaan, salah satunya sebagai pemenang UOB Painting of the Year Southeast Asia, Singapura (2018). Karya-karya Suvi berangkat dari pengalaman atau memori personalnya serta dari pengamatannya tentang kaitan antara realitas sehari-hari dan peristiwa sejarah di baliknya.
Suvi adalah salah satu seniman yang mengikuti program Residensi Kelana Sungai di Pontianak, Kalimantan Barat. Meskipun demikian, Suvi menyempatkan diri untuk menjangkau beberapa lokasi di luar Pontianak, salah satunya Sambas. Sebagai seorang Madura, perjalanan itu adalah perjalanan yang emosional sekaligus beresiko untuk Suvi. Pasalnya, 20 tahun yang lalu, saat konflik etnis pecah di sebagian kawasan Kalimantan, Sambas termasuk wilayah yang paling terdampak. Sebagai akibat dari konflik itu, muncul sebuah aturan di Sambas yang tidak membolehkan orang-orang dari etnis Madura untuk masuk ke kawasan itu.
Melalui karyanya, Suvi tidak hanya menghadirkan pengalaman perjalanannya selama di sana, tetapi juga pembacaan-pembacaan dari hasil interaksinya di sana, baik dengan orang-orang Madura yang telah direlokasi di luar Sambas maupun dengan orang-orang dari etnis Melayu dan Dayak. Di antara mereka ada yang mengalami langsung konflik itu, ada pula yang sekadar mewarisi cerita-ceritanya. Suvi mengajak kita kembali menengok ke belakang sembari mengingatkan bahwa perang hanya akan menyisakan kesedihan, kehilangan, luka, dan duka.
Suvi Wahyudianto lulus dari Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya. Saat ini, Suvi berdomisili di Yogyakarta. Suvi ikut serta dalam berbagai pameran, antara lain Sea Focus, UOB Plaza, Singapura, Pameran Besar Seni Rupa 6, Kota Batu, dan Manifesto 6, Galeri Nasional, Jakarta (2018). Dia juga meraih beberapa penghargaan, salah satunya sebagai pemenang UOB Painting of the Year Southeast Asia, Singapura (2018). Karya-karya Suvi berangkat dari pengalaman atau memori personalnya serta dari pengamatannya tentang kaitan antara realitas sehari-hari dan peristiwa sejarah di baliknya.
Suvi adalah salah satu seniman yang mengikuti program Residensi Kelana Sungai di Pontianak, Kalimantan Barat. Meskipun demikian, Suvi menyempatkan diri untuk menjangkau beberapa lokasi di luar Pontianak, salah satunya Sambas. Sebagai seorang Madura, perjalanan itu adalah perjalanan yang emosional sekaligus beresiko untuk Suvi. Pasalnya, 20 tahun yang lalu, saat konflik etnis pecah di sebagian kawasan Kalimantan, Sambas termasuk wilayah yang paling terdampak. Sebagai akibat dari konflik itu, muncul sebuah aturan di Sambas yang tidak membolehkan orang-orang dari etnis Madura untuk masuk ke kawasan itu.
Melalui karyanya, Suvi tidak hanya menghadirkan pengalaman perjalanannya selama di sana, tetapi juga pembacaan-pembacaan dari hasil interaksinya di sana, baik dengan orang-orang Madura yang telah direlokasi di luar Sambas maupun dengan orang-orang dari etnis Melayu dan Dayak. Di antara mereka ada yang mengalami langsung konflik itu, ada pula yang sekadar mewarisi cerita-ceritanya. Suvi mengajak kita kembali menengok ke belakang sembari mengingatkan bahwa perang hanya akan menyisakan kesedihan, kehilangan, luka, dan duka.