Untuk menyertai rangkaian acara besar Biennale Jogja XV Equator #5, kami menyajikan berbagai program publik berupa aktivitas-aktivitas kreatif dan intelektual yang diperuntukkan bagi masyarakat setempat dari berbagai kalangan, hal ini supaya masyarakat dapat turut berpartisipasi dan mendapatkan manfaat lebih dalam penyelenggaraan Biennale Jogja kali ini.
Pada Rabu (23/10), rombongan SLB-A YAKETUIS, Yogyakarta melakukan workshop membuat karya dari sampah plastik (Plasticology). Workshop ini didampingi oleh seniman Made Bayak, yang karyanya pada Biennale Jogja kali ini berbicara tentang Plasticology.
Workshop ini diawali dengan berkeliling di instalasi milik Made Bayak berupa piramida sampah dan beberapa foto kegiatan workshop Plasticology. Menurut Made Bayak, workshop untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini sebagai sarana mengampanyekan bahaya sampah plastik dan ketidakpedulian masyarakat soal sampah plastik. Selain itu workshop ini bentuk perhatian lebih terhadap lingkungan, terutama bagaimana mengubah sampah plastik menjadi sebuah karya.
Workshop ini diikuti oleh 14 siswa SLB-A YAKETUIS, mereka terlihat sangat antusias. Mereka juga mendapat bagian untuk menempel ptongan-potongan sampah plastik. Pola yang ditempelkan ini berdasarkan imajinasi anak-anak. Aris Maulana Irawan, salah satu peserta workshop menempelkan beberapa gambar yang belum pernah dilihatnya menjadi seperti bentuk gunung.
Menurut Made Bayak, workshop mengajak anak-anak yang berkebutuhan khusus ini baru pertama kali dilakukannya. “Workshop dengan mereka (teman-teman berkebutuhan khusus) perlu treatment yang berbeda, soalnya ini juga baru pertama kali (bagi saya)”, ujar Bayak.
Perlakukan khusus ini dilakukan agar peserta workshop bisa mengikuti. Pasalnya kebanyakan anak-anak SLB ini ‘low vision’ dan tuna netra. Menurut Bayak, mereka (anak-anak ini) menggunakan panca indra yang lain seperti peraba dan penciuman untuk bisa merasakan tekstur dan bau dari sampah plastik yang digunakan.
Lewat workshop ini, Banyak mengakui kalau dirinya justru belajar dari mereka soal bagaimana menemukan cara agar workshop bisa dilakukan oleh anak-anak SLB-A YAKETUIS. Alhasil, anak-anak diminta untuk merasakan tekstur sampah, memilih warna yang diinginkan dan menempel pola yang mereka imajinasikan. Nantinya sebagian karya yang dibuat akan dipajang di instalasi milik Made Bayak, dan sebagian lagi dibawa untuk kenang-kenangan SLB-A YAKETUIS.
Selain workshop, Program publik Biennale Jogja XV antara lain berupa; Tur Pameran Berpemandu, Wicara Seniman, Wicara Kuratorial, Simposium Publik, Pemutaran Film bekerja sama dengan Forum Film Dokumenter, serta sejumlah Lokakarya dan Diskusi bersama Seniman-Seniman Biennale Jogja.
Hal tersebut merupakan perwujudan dari salah satu fungsi Biennale yaitu menyebarkan pengetahuan-pengetahuan alternatif dan gagasan-gagasan inovatif dalam ranah seni budaya kepada publik yang luas, serta untuk menciptakan generasi muda yang penuh imajinasi, berlaku kreatif dan berpikir kritis untuk menjadi bagian dari upaya mengantisipasi kompleksitas masa depan.