Yosep Arizal lahir pada tahun 1991. Ia berasal dari Lumajang, Jawa Timur. Saat ini, Yosep tinggal di Yogyakarta. Ia lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta Jurusan Seni Murni. Dalam berkarya, Yosep menggunakan berbagai macam media seperti kertas, kayu, kulit dan lain sebagainya.
Selain membuat karya, Yosep juga tertarik dengan praktik kuratorial dan penulisan pameran. Yosep tertarik untuk mengangkat teks maupun cerita di masa lalu dalam karya-karyanya. Ia pernah mengikuti Pameran Besar Seni Rupa Indonesia di Kota Batu dan Nandur Srawung di Taman Budaya Yogyakarta (2018). Pada tahun 2014, ia menjadi penampil terbaik ketiga sketsa wajah pada Festival Seni Lumajang yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Lumajang.
Yosep menampilkan karya apropriasi dari sebuah kitab primbon Jawa yang ditulis dengan huruf pegon. Kitab tak bernama tersebut dia temukan di rumahnya di Lumajang, Jawa Timur. Beberapa bagian dari kitab itu serupa dengan serat Centhini, yang menghimpun pengetahuan seksualitas Jawa. Di dalam kitab primbon tersebut terdapat sistem penanggalan 15 hari, yang bercerita tentang lima belas bagian badan perempuan yang perlu disentuh pada hari-hari tertentu sebelum bercinta. Sebagaimana galibnya kitab-kitab primbon tentang pengetahuan seks yang lain, primbon yang direspons Yosep juga ditulis dengan sudut pandang laki-laki (male gaze) yang tengah membicarakan ketubuhan perempuan. Yosep lantas memberi intervensi, menggubah sebuah kitab baru yang memosisikan laki-laki sebagai objek tatapan. Yosep membangun narasi tandingan atas narasi-narasi arus utama tentang seksualitas.