Yosep Arizal menampilkan karya apropreasi dari sebuah ‘kitab’ primbon Jawa yang ditulis dalam huruf pegon. Menurutnya, kitab primbon yang ia temukan di rumahnya di Lumajang, Jawa Timur tersebut berasal dari Jawa Timur. Hal tersebut diketahui jika dilihat dari cara penulisan kitab. Karena bila berasal dari Yogyakarta, huruf yang digunakan adalah huruf Jawa. Dalam primbon tersebut terdapat penanggalan 15 hari yang menceritakan tentang pengalaman air mani perempuan yang menunjukkan 5 bagian badan untuk disentuh.
Isi primbon tersebut mirip dengan Centini, yaitu pada bagian penanggalannya yang 15 hari, namun perbedaannya terdapat pada bagian yang disentuh. Dalam kitab itu dikatakan ‘air mani perempuan’, sedangkan dalam Centini dikatakan ‘hasrat seksual perempuan’. Walau dalam kitab tersebut membicarakan perempuan, namun Yosep Arizal interfensikannya dalam tubuh laki-laki. Hal tersebut dikarenakan penulis kitab adalah laki-laki yang melihat tubuh perempuan.
Yosep Arizal ingin menggambarkan perempuan yang melihat tubuh laki-laki. Ia memvisualisasikannya dalam lima bagian gambar anggota tubuh yang disentuh, juga disertai tata caranya dalam huruf pegon. Karya tersebut ia buat pada media kertas coklat dan kemudian digantung ditembok, serta meletakkan primbon pada kotak kaca yang disertai tata cara membacanya.
Dalam karyanya Yosep Arizal ingin menunjukkan kepada audiens bahwa kitab-kitab yang bertulisan huruf Arab (pegon) ternyata juga menceritakan hal-hal yang berbau seksual. Selain itu, ia ingin mengangkat kembali kitab primbon Jawa yang dianggap sebagai barang yang klenik dan tersubordinasikan.
Yosep Arizal berasal dari Lumajang,Jawa Timur, kini pria kelahiran tahun 1991 ini tinggal di Yogyakarta. Pada tahun 2016 Ia lulus dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Jurusan Seni Murni. Dalam berkarya Yosep Arizal menggunakan berbagai macam media seperti kertas, kayu, kulit, dan lain sebagainya. Selain membuat karya seni, ia juga tertarik dengan kuratorial dan menulis di beberapa perhelatan pameran. Dalam karyanya, Yosep tertarik untuk mengangkat teks maupun cerita di masa lalu. Pada 2018 ia pernah mengikuti Pameran Besar Seni Rupa Indonesia di Kota Batu dan Nandur Srawung di Taman Budaya Yogyakarta. Pada tahun 2014 ia menjadi penampil terbaik ketiga Sket Wajah pada festival Seni Lumajang yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Lumajang. (*)