PROGRAM-PROGRAM PARALLEL EVENTS BIENNALE JOGJA XI 2011
November 14, 2011
PROGRAM-PROGRAM PARALLEL EVENTS BIENNALE JOGJA XI 2011
TAK ADA ROTAN AKAR PUNJABI diinisiasi dan diorganisasi oleh Ace House Collective.
Sebuah pembacaan subversif atas budaya populer India di Indonesia. Kegandrungan masyarakat Indonesia dengan musik dangdut, fanatisme dengan potongan rambut mullet, kolaborasi gerakan senam aerobik dengan musik pop India, atau kesamaan kuliner Indonesia dengan India adalah beberapa temuan yang didapat pada riset awal proyek ini. Dari hasil riset dan kolaborasi tersebut, Ace House Collective menyuguhkannya dalam bentuk eksplorasi visual yang terangkum dalam sebuah proyek pameran lintas disiplin.
Judul kegiatan Ace House Collective merujuk pada peribahasa Indonesia “Tak ada rotan akar pun jadi”, yang diplesetkan menjadi “Punjabi”. Punjabi adalah keluarga pengusaha keturunan India yang dikenal luas sebagai produser sinema elektronik/sinetron di berbagai stasiun televisi swasta dan film layar lebar di Indonesia.
Rangkaian kegiatan akan diselenggarakan di CafeBALE, Jln. Kaliurang Km 5,5 Pandega Karya No. 290 (depan FoodFEZT Restaurant). Pembukaan: 17 Desember 2011, 19.30 WIB. Pameran: 18 – 27 Desember 2011, 13.00-20.00 WIB. Artists’ Talk: 23 Desember 2011, 15.00-18.00 WIB di Kedai Kebun Forum, Jln. Tirtodipuran No.3 Yogyakarta.
Acara: GRATIS DAN INTERAKTIF | Contacts: Gintani Nur Apresia Swastika (Project Coordinator), mobile: +62(0)8175492904; Prayogo ‘Iyok’ Satrio Utomo (Project Co-Coordinator) +62(0)8156814907. Email: [email protected] | www.acehouse.weebly.com | Kegiatan ini didukung oleh/This program is supported by: Ibu May dan Sanggar Adonis, Program Irama Gangga Radio MBS Jogja, Kaskus, CafeBALE, Kedai Kebun Forum.
AKU, KAMU, dan KITA diinisiasi oleh Ruang Mes56, diorganisasi oleh Ruang Mes56 bersama Kampung Halaman.
Saat ini banyak bermunculan hal-hal berbasis agama, “Les Inggris Bernuansa Islami”, toko jilbab dan aksesori Islami. Itu yang kasat mata. Agama lain juga mengalami hal yang kurang lebih sama, “sedang giat-giatnya”, tapi Islam terlihat menonjol karena mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam. Pembangunan rohani (beragama) yang sedang giat-giatnya ini akan lebih baik jika dibarengi dengan saling memahami antar agama. Membicarakan agama secara terbuka—di mana ada rasa saling menghargai dan memahami—adalah proses penting yang harus dilakukan. Hal itu tidak mudah karena tidak dibiasakan sehingga yang terjadi rasa saling menghargai dan memahami itu cenderung ditekan untuk tidak dilakukan.
Ruang MES56 memilih foto sebagai ‘alat bicara’ dan remaja sebagai ‘yang berbicara’, karena foto adalah media yang bisa mempermudah proses memahami “hal yang sulit (tabu, bahkan dosa) untuk diomongin”. Memotret itu gampang dan menyenangkan. Adapun ‘remaja’, adalah pelaku kedamaian dan cinta di masa depan, namun di saat yang sama menjadi target bagi pendidikan berkarakter yang juga “sedang giat-giatnya” diterapkan di dunia pendidikan yang tidak jelas arah tujuannya.
Di ruang yang lebih luas, ada upaya-upaya keras dari beberapa kelompok untuk meniadakan keberagaman dan itu dibiarkan oleh negara. Keragaman tidak dilihat sebagai modal sosial, sebaliknya, malah dianggap sebagai sesuatu ‘yang aneh’, ‘ yang mengancam’, dan itu sama saja dengan menghapus toleransi, empati, dan saling memahami. Dalam kegiatan ini, Ruang MES56 mendorong remaja untuk dapat terbuka, saling menceritakan pengalaman beragamanya, sehingga dapat saling memahami.
Kegiatan “Aku, Kamu dan Kita” berupa kompetisi fotografi, dengan sifat semi workshop, karena peserta dibekali pengetahuan dan teknik melalui workshop dan asistensi. Kompetisi ini bersifat terbuka, menekankan pada bentuk-bentuk karya yang bersifat proyek dan berdasarkan pengalaman sehari-hari. Dalam lomba ini, karya-karya single atau yang tidak memiliki gagasan atau konsep yang utuh tidak diterima.
Rangkaian kegiatan mengambil tema “Agama, Identitas dan Hubungan Sosial di kalangan pelajar di Yogyakarta”, diselenggarakan mulai 7 Oktober hingga 6 November 2011, melibatkan beberapa sekolah menengah atas, yakni: SMU Stella Duce 1 Yogyakarta, SMU BOPKRI 1 Yogyakarta, SMU BOPKRI 2 Yogyakarta, SMU Negeri 5 Yogyakarta, SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, SMU Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kegiatan diselenggarakan di Studio Mes56 dan di sekolah masing-masing peserta.
Presentasi akhir berupa pameran akan diselenggarakan pada28 November-3 Desember 2011 di Indonesia Contemporary Art Network (iCAN), Jln. Suryodiningratan no 39, Yogyakarta, 10.00-21.00 WIB.
Acara: GRATIS NAMUN TERBATAS
Contacts: Seto Hari Wibowo, hp. +62(0)82132862888, Email: [email protected] ; Daniel Satyagraha, hp. +62(0)85726121121, Email: [email protected] | www.mes56.com | Kegiatan ini didukung oleh: SMU Stella Duce 1 Yogyakarta, SMU BOPKRI 1 Yogyakarta, SMU BOPKRI 2 Yogyakarta, SMU Negeri 5 Yogyakarta, SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, SMU Muhammadiyah 3 Yogyakarta, jogjanews.com, oktagon, bengkeljogja.com, Swaragama FM, Geronimo FM, Prambors FM, My Magz, Harian Jogja, Jogja Art News, Tribune Jogja.
KHOJA JAWA, diinisiasi oleh Kelompok/Group Kandang Jaran, diorganisasi oleh Kelompok Kandang Jaran dan Keluarga Mahasiswa Seni Lukis ISI Yogyakarta.
Rangkaian kegiatan ini diselenggarakan dengan semangat “mencoba menemukan India yang lain, di luar bayangan kepala kami selama ini”. Untuk itu, Kandang Jaran menemui komunitas Khoja , etnis keturunan India yang hidup di kawasan Pekojan Semarang. Di sana, komunitas Khoja ada jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Mereka hidup berdampingan dengan komunitas China, Jawa, dan Arab.
Berbagai sumber menyebutkan, komunitas Khoja lahir di tanah India jauh sebelum periode British Raj (sebuah periode yang merujuk pada kekuasaan Britania di tanah India). Dan sekarang, mereka telah menyebar ke berbagai negara. Dalam konteks kebudayaan, Khoja yang bermigrasi ke tanah Jawa, sebenarnya sedang tidak sungguh-sungguh pergi dari asalnya, tanah India. Mereka adalah diri yang keluar dari tubuhnya yang kemudian masuk bersemayam dalam tubuh saudaranya. Kelompok Kandang Jaran bekerja dalam konsep “Mengulik Kelenturan Tubuh Kebudayaan Khoja Jawa Kini”, dan akan mempresentasikan kepada publik melalui media: Museum Khoja Jawa.
Presentasi hasil kerja akan dilaksanakan pada from: 21 December 2011-4 January 2012, 10.00-21.00 WIB/10.00 AM-9.00 PM di Kampus Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Jln. Parangtritis Km. 6.5 Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Acara: GRATIS | Contacts: Gading Narendra Paksi, mobile: +62(0)87738580065, Email: [email protected] | Kegiatan ini kerjasama/This program is a cooperation between: Kandang Jaran, KMSL (Keluarga Mahasiswa Seni Lukis ISI Yogyakarta, Masyarakat, Komunitas Jazz Jogja.
SEJARAH ORANG INDIA di JOGJA, diinisiasi dan diorganisasi oleh Kunci Cultural Studies Center.
Gagasan dasar Parallel Events ini berawal dari tema mengenai hubungan Indonesia dan India. Perjumpaan India dan Indonesia telah mengalami sejarah yang panjang dan percampuran budaya yang sedemikian pelik, membentuk berbagai tegangan dan simpulan, termasuk dalam kondisi sehari-hari yang mewarnai dinamika masyarakat Yogyakarta. Kehadiran komunitas (keturunan) India ditandai antara lain dengan kehadiran deretan toko-toko kain yang hampir seluruhnya dimiliki usahawan keturunan India, munculnya berbagai rumah makan khas anak benua ini, dan fenomena mahasiswa India asal Malaysia yang menuntut ilmu di kota pendidikan ini.
Project ini berupaya mengeksplorasi sejarah komunitas India di kota melalui riset kolaboratif dan eksperimentasi artistik. Melalui kunjungan lapangan, observasi-partisipatif dan interaksi yang dinamis dengan komunitas India di Yogyakarta, para seniman dan peneliti yang dilibatkan dalam proyek ini diajak untuk mengembangkan pendekatan yang kritis dan kreatif dalam merespon sejarah sosial kota Yogyakarta.
Project ini merupakan upaya untuk menyelidiki narasi-narasi sejarah kecil yang membentuk iklim keseharian komunitas India dan komunitas-komunitas lain di luar mereka yang selama ini dipayungi dalam satu sebutan: warga Yogyakarta. Seluruh rangkaian kegiatan akan berlangsung selama empat bulan (Oktober 2011-Januari 2012) dan tersebar di berbagai titik di seluruh kota. Hasil akhir proyek ini akan dipresentasikan melalui rangkaian peristiwa publik yang bentuknya sengaja dibiarkan terbuka, pada 20 Desember 2011 hingga 10 Januari 2012. Informasi waktu dan tempat bisa diperoleh lewat web: www.studindia.kunci.or.id. Situs www.studindia.kunci.or.id akan menjadi sumber informasi mengenai proyek ini. Lewat situs ini, perkembangan proyek Studi Komunitas India di Yogyakarta bisa diikuti.
Sebagai bagian dari proses kegiatan ini, telah diselenggarakan public culture series dengan tema “Sejarah Komunitas India di Yogyakarta” pada 20 October 2011.
Acara: Partisipasi publik dikembangkan sesuai dengan hasil eksplorasi kreatif para partisipan terundang. Seluruh partisipasi publik bersifat GRATIS DAN TERBUKA | Contacts: untuk info lebih lanjut tentang proyek ini, silakan hubungi Syafiatudina, KUNCI Cultural Studies Center, Jln. Langenarjan Lor No.17B, Panembahan, Yogyakarta. Tel. +62(0)274 371320, mobile: +62(0)81310773698. Email: [email protected], [email protected] | http://kunci.or.id | Kegiatan ini didukung oleh: Sangam House.
KRING Eaaaaa, diinisiasi dan diorganisasi oleh Mulyakarya.
Kring Eaaa adalah proyek membuat komik yang akan bercerita tentang keistimewaan Yogyakarta. Isu keistimewaan ini tidak ke arah politik, namun lebih banyak ke sejarah: filosofi wayang, keberagaman, toleransi, hubungannya dengan kebudayaan media baru dan bagaimana anak-anak muda/komunitas yang ada di Yogyakarta memanfaatkannya untuk mengungkapkan sesuatu.
Untuk karya ini, Mulyakarya bekerjasama dengan beberapa orang dengan aneka latar belakang yang akan menjadi narasumber. Hal ini agar lingkup komik-komik ini lebih luas dan berbobot, tidak sekadar menjadi komik promosi wisata. Komik ini tetap hadir dengan bahasa yang ringan, tetapi isinya pengetahuan. Judul “Kring Eaaa” mengacu pada suara bel sepeda, kendaraan yang ditumpangi Si Tokoh Komik, dan Eaaa mengacu pada bahasa kekinian, yang sedang ‘happening’.
Pada 27-30 November 2011 Mulyakarya akan membagikan komik secara gratis di tempat-tempat pemberhentian kendaraan umum di Yogyakarta, yakni :
Bandara Adisutjipto (27 November, 13.00 WIB-selesai); terminal bus Giwangan (28 November, 13.00 WIB-selesai); stasiun kereta api Lempuyangan (29 November, 16.00 WIB-selesai); stasiun kereta api Tugu (29 November, 19.30 WIB-selesai); dan shelter bus Transjogja di Jln. Malioboro (30 November, 17.00 WIB-selesai).
Alasannya, tempat-tempat itu adalah umum bagi manusia yang datang dan pergi, membawa cerita, bergerak, berhubungan, pergantian nuansa: bukan orang yang ‘siap’ untuk mengunjungi pameran atau melihat peristiwa budaya. Hal ini dikerjakan, semata-mata karena Mulyakarya ingin menyebarkan gagasan pada orang-orang yang ‘berpindah’ dari atau ke Yogyakarta. Berpindah, singgah, bertukar.
Selebihnya, mesin penjual komik akan diletakkan di area Taman Budaya Yogyakarta (11 Desember 2011 dan 8 Januari 2012). Ide mesin penjual komik berasal dari mesin ATM. Pengunjung yang ingin berinteraksi bisa memasukkan sejumlah uang, kemudian memilih jenis komiknya. Tak lama kemudian, komik akan keluar dari mesin. Komiknya sama dengan komik yang dibagi di ruang publik.
Acara: Di tempat umum, GRATIS. Di Taman Budaya Yogyakarta pada: 11 Desember 2011 dan 8 Januari 2012: melalui mesin komik mandiri, untuk mendapatkan komik, membeli Rp 5.000,-| Contacts: Yudha Sandy (Editor), mobile: +62(0)8562910463; Danang Catur (Litbang) +62(0)81578739335 | www.mulyakarya.blogspot.com | Kegiatan ini didukung oleh: GangBang MotionPlay Studio.
DIGGING OUR SCENE. Inter-disciplinary arts, diinisiasi dan diorganisasi oleh Risky Summerbee and The Honeythief (RSTH) dan Kriya Sastra.
Taman Budaya Yogyakarta, Minggu 27 November 2011, pukul 20.00 WIB. Project lintas disiplin ini mempertemukan musik dan visual, menjadikannya peristiwa seni yang partisipatif. Mulai dari lirik, sketsa, bahan dasar proses batik, pewarna tekstil, pistol air, dan pengalaman seni yang menarik. Publik dapat ikut mewujudkan visual untuk menjadi karya yang utuh.
Risky Summerbee and The Honeythief dan Kriya Sastra mengusung tiga tema: “OF IDENTITY”, dalam sebuah ruang publik di mana berbagai kepentingan beradu, identitas bisa hilang dengan segera; “OF(F) DIVINITY ”, mengkaji ulang bagaimana spiritualitas diterjemahkan dalam masyarakat yang saling tarik-menarik kepentingan ; “OF REMINISCENCE”, salah satu problem sosial yang diderita oleh bangsa terjajah adalah manipulasi ingatan, situs sejarah pun tak lagi mampu meluruskan kita pada indentitas sebelumnya. Ingatan menjadi pendek dan kompromis terhadap kekuatan besar yang mungkin tidak menjalani sejarahnya.
Acara: GRATIS | Contacts: Icha, mobile: +62(0)81578713748| www.riskysummerbee.info | Kegiatan ini didukung oleh: Teater Garasi, IVAA (Indonesian Visual Art Archive), Impulse, Alldint Music Community, AKINDO TV, UFO UGM (Unit Fotografi Universitas Gadjah Mada/Gadjah Mada University’s Photography Unit), Bakso Pak Narto, Dialektika Kolektif.
[DIS], diinisiasi dan diorganisasi oleh Metropolelightberry.
Religiositas dan Keberagaman oleh Metropolelightberry didekati melalui bagaimana subyek menghargai ketidakmampuan. Tema [DIS] diangkat dari kata disability, yang berarti ketidakmampuan. Bagi Metropolelightberry, apabila kita memposisikan diri sebagai kaum difabel, tentu akan sangat tidak mengenakkan dianggap sebagai individu yang tidak mampu. Kata [DIS] memiliki sifat konotatif, yang sudah seharusnya tidak lagi digunakan. Menurut kelompok ini, sudah saatnya kita memiliki empati dan membuang jauh judgment konotatif terhadap disabel.
Art space semi permanen yang dirancang sebagai salah satu bagian dari rangkaian kegiatan [DIS] ini merupakan karya hasil kolaborasi dari arsitek dan desainer serta dapat dijadikan model percontohan bagi galeri-galeri di Indonesia maupun India, yang bisa diakses dan ramah difabel, dapat difungsikan sebagai ruang pamer, ruang untuk performance, diskusi dan workshop, hingga pemutaran video. Art space semi permanen dengan sistem knockdown ini dirancang agar dapat dipindahkan dan dimanfaatkan kembali bagi yang membutuhkan, khususnya di sekolah-sekolah luar biasa, agar mereka tetap memiliki tempat untuk digunakan sebagai ruang berkarya seni di kemudian hari, sehingga proses yang mereka lakukan untuk berkesenian tetap berjalan.
Project seni ini melibatkan seniman maupun praktisi dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, yang diundang untuk berkolaborasi dengan difabel melalui kegiatan [DIS] Collaboration Workshop (mulai 8 November 2011) di Sekolah Luar Biasa/SLB Negeri 1 Bantul (d/h SLB Negeri 3 Yogyakarta).
Hasil workshop dan kolaborasi proses kreatif antara seniman dan difabel akan dipertunjukkan di [DIS] Stage Exhibition pada 11-17 Desember 2011, di Alun-Alun Selatan Yogyakarta, menggunakan bangunan semi permanen sebagai galeri untuk display karya dua dimensi dan stage untuk pertunjukan. Karya-karya instalasi seniman undangan akan disebar di sekitar bangunan galeri semi permanen.
11 Desember 2011, 19.00 WIB: Pembukaan pameran.
12-17 Desember 2011, 10.00-17.00 WIB: [DIS] Location Collaboration Project dan [DIS] Stage Exhibition.
14 Desember 2011, 14.00-17.00 WIB: [DIS] Presentation, bersifat terbuka untuk umum, dan tentu saja ramah difabel, dilanjutkan dengan performance dari Chozin Mukti berkolaborasi dengan Putu Astagiri .
16 Desember 2011, 14.00-21.00 WIB: pemutaran karya video art.
17 Desember 2011, 14.00-21.00 WIB: pemutaran video dokumenter, dilanjutkan dengan penutupan pameran.
Acara: GRATIS | Metropolelightberry adalah Eko Bambang Wisnu (kurasi), Farhan Adityasmara (kurasi/dokumenti), Iqi Qoror (disain/arsip) dan Theresia Agustina Sitompul (direktur) | Contacts: +62(0)274-3344377, Email: [email protected] | metropolelightberry.blogspot.com | Kegiatan ini kerja sama Metropolelightberry, SLB Negeri 1Bantul, SIGAB (Sasana Integrasi dan Advokasi Difable), Gerkatin, Indonesian Visual Art Archive (IVAA), Majalah Keluarga Humanis diffa.
RETROSPEKTIF DALAM KEBERAGAMAN diinisiasi dan diorganisasi oleh Komunitas Dokumenter.
Melalui kegiatan ini penonton akan dibawa untuk berbagi tentang masa lalu. Dengan tema retrospektif diharapkan bisa mengenalkan kepada penonton proses perjalanan Komunitas Dokumenter dalam menyelenggarakan Festival Film Dokumenter di tahun ke-10 ini. Terkait tema Biennale Jogja XI 2011 mengenai religiositas, Komunitas Dokumenter akan mengetengahkan tema konflik dan beberapa kasus sektarian di Indonesia yang masih hangat dalam ingatan.
Rangkaian kegiatan berupa pemutaran film, diskusi, serta fringe event berupa menu dokumentasi bersama, dengan mengangkat isu sektarian dalam dokumenter sebagai karya, ruang, dan muatan kekerasan. Agenda kegiatan: 2 December 2011 pemutaran film Anand Patwardan berjudul “Father, Son, and Holy War” (pukul 15.00 WIB); film Leonard Retel Helmrich berjudul “Promised Paradise” (pukul 18.00 WIB);
3 December 2011 pemutaran film Jason Iskandar berjudul “Indonesia Bukan Negara Islam”, diikuti diskusi “Sektarian dalam Dokumenter; Karya, Ruang, dan Muatan Kekerasan”, pukul 10.00-12.00 WIB;
2-10 December 2011, 14.30-21.00 WIB: Fringe Events “Menu Dokumentasi”. Seluruh rangkaian kegiatan diselenggarakan di Ruang Seminar, Taman Budaya Yogyakarta/TBY, Jln. Sriwedani No.1 Yogyakarta.
Acara: NON-TICKETING (GRATIS) | Contacts: Komunitas Dokumenter, Jalan Sajiono 15, Kotabaru, Yogyakarta 55224, tel. +62(0)274-7102672; contact persons: Michael Adhy Chandra, mobile: +62(0)85292885035, Alia Damaihati +62(0)87738231992, Email: [email protected] | www.festivalfilmdokumenter.org | Kegiatan ini didukung oleh: Festival Film Dokumenter (komunitas), Kandang Jaran, dan Tembi Rumah Budaya.
SLOWLY ASIA, diinisiasi dan diorganisasi oleh Q+ANT.
Mengangkat tema Religiositas dan Keberagaman, kegiatan ini melibatkan komunitas seni, mahasiswa India-Universitas Gadjah Mada (UGM), dan pelajar berdomisili di Yogyakarta.
Rangkaian kegiatan sebagai berikut:
28 November 2011, 19.00 WIB: Pameran Foto Dokumentasi Publik ART-Ngopi bareng dan sharing lintas budaya Indonesia-India di “Roemah Pelantjong”, Jln. Magelang Km.8 No 89 Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta;
28-29 Desember 2011, 10.00 WIB-selesai: Visualisasi hasil sharing lintas budaya dalam bentuk mural di media triplek, bersama mahasiswa India-UGM dan pelajar Yogyakarta di area Taman Budaya Yogyakarta (TBY);
29 Desember 2011, 20.00 WIB-selesai: Aktivitas mural disertai pertunjukan tari kontemporer kolaborasi dangdut feat.bollywood oleh Aida Fitri Astuti dan Pragina Gong, melibatkan warga keturunan India (parallel art Indonesia-India) di area TBY.
Masih menjadi bagian dari kegiatan Slowly Asia, mulai 14 Oktober 2011, Q+Ant menyelenggarakan pameran mural dan grafiti bertema “Jogjakarta slowly asia slowmural-slowstreet art-slowwriter”, di Bale Mangu Roemah Pelantjong-Minioboro, kerja sama kelompok senirupa Q+ANT dengan Street Artist Yogyakarta.
Acara: GRATIS | Contacts: Anton Win, mobile: +62(0)85643883797; Didi +62(0)8157987159; Iqro’ Ahmad Ibrahim +62(0)85229622405; Gondrong Tri Pamuji +62(0)85228823411 | Kegiatan ini didukung oleh Roemah Pelantjong, Galeri Lentur, Jabirut Magazine.
PASARAN KLIWON diinisiasi dan diorganisasi oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kriya Fakultas Seni Rupa (FSR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Pancawara adalah nama dari sebuah pekan atau minggu yang terdiri dari lima hari dalam budaya Bali dan Jawa. Pancawara juga disebut sebagai hari pasaran dalam bahasa Jawa. Istilah ini berkait dengan kegiatan ekonomi, karena pada zaman dahulu, pasar-pasar tradisional hanya buka pada hari tertentu saja, misalkan Pasar Legi dan Pasar Pon di Surakarta hanya buka pada hari Legi dan Pon saja dalam satu minggu kalender Jawa (siklus lima hari). Dalam siklus pasaran, satu pekan terdiri dari lima hari pasaran, yakni: Paing, Pon, Wage, Kliwon, Legi.
Dalam proyek ini, HMJ Kriya ISI Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan yang mengupayakan pemanfaatan sampah plastik ditenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM). Setelah menjadi bahan, dieksplorasi menjadi karya seni sesuai tema: “Pasaran Kliwon”. Pasaran merupakan simbol dari keberagaman budaya Jawa, karena Pasaran Kliwon, diposisikan di tengah atau sebagai pancer (pusat) sehingga pasaran lain dapat ditempatkan sesuai dengan tempatnya. Adapun tenun ATBM merupakan teknik yang memerlukan ketekunan, kesabaran, dan ketelitian dalam mengerjakannya.
Rangkaian kegiatan:
9-28 November 2011: Presentasi Karya Karnaval;
2-5 Desember 2011, 13.00 WIB: Workshop di Jurusan Kriya, ISI, Yogyakarta.
9-11 Desember 2011: Pameran dan bazaar dari seluruh proses kegiatan serta peluncuran jurnal (catatan) kegiatan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kailmas di Gallery ISI Yogyakarta di ISI Yogyakarta’s Gallery.
9 Desember 2011, 19.00 WIB: Pembukaanpameran. Pameran berlangsung: 10-11 Desember 2011, 09.00-20.00 WIB.
Masih menjadi bagian dari kegiatan Pasaran Kliwon, rangkaian kegiatan meliputi: pembuatan kostum karnaval, proses pembuatan karya, koreografi, musik dan gladiresik (1 Oktober-5 November 2011) di HMJ, Studio Tenun, Plasa Kriya, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta; serta peristiwa pertunjukan di dalam karnaval Jogja Fasion Week (JFW) 2011 di Kawasan Malioboro (2 November).
Acara: GRATIS NAMUN TERBATAS | Contacts: HMJ Kriya FSR ISI Yogyakarta, Jln. Parangtritis Km. 6,5 Sewon, Bantul, Yogyakarta | Contact persons: Anto, mobile: +62(0)85323007405; Azis +62(0)85643972343. E-mail: [email protected] | Kegiatan ini didukung oleh: ISI Yogyakarta, Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa/FSR ISI, HMJ Kriya FSR ISI, UKM Kailmas ISI Yogyakarta.
PENGANTAR KOORDINATOR
October 1, 2011
Aisyah Hilal, Koordinator Program Parallel Events Biennale Jogja XI 2011
Program-program Parallel Events adalah program kolaborasi lintas disiplin, yang diinisasi dan diorganisasi secara mandiri oleh individu, kelompok seni, dan kelompok nonseni. Rangkaian proses penciptaan program Parallel Events dimulai dari Sosialisasi dan dua kali Workshop Perancangan Kegiatan Program. Peserta Parallel Events datang dari beragam latar belakang bidang, mulai dari seniman senirupa, musisi, fotografer, pegiat film dokumenter, kelompok kajian budaya, hingga aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM beragam bidang (lingkungan hidup, sosial kemasyarakatan).
Parallel Events merupakan kegiatan pengiring (side-events) Biennale Jogja XI 2011 yang bersifat kompetisi. Dari 12 peserta, akan dipilih dua kegiatan Parallel Events Terbaik, yang akan diumumkan pada malam penutupan Biennale Jogja XI 2011. Tim Juri terdiri dari: Prof. Dr. Paschalis Maria Laksono, Kepala Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada/UGM, Yogyakarta dan staf pengajar di Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, di universitas yang sama; Amalinda Savirani (staf pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM dan kandidat PhD di Universitas Amsterdam, Belanda; Halim HD (praktisi jejaring kebudayaan dan penulis); Nindityo Adipurnomo (perupa, pendiri Cemeti Art House Yogyakarta, dan salah satu anggota Dewan Pembina Yayasan Biennale Yogyakarta); Mohamad ‘Ucup’ Yusuf, relawan di Komunitas Taring Padi Yogyakarta. Tujuan utama penyelenggaraan kompetisi adalah mendorong potensi: [1] tumbuhnya elemen infrastruktur seni rupa Indonesia yang berkualitas, yakni: seniman-seniman, organisator-organisator, kurator-kurator, dan penulis-penulis serta kritikus-kritikus seni rupa yang kompeten; [2] terjalinnya potensi kesalingterhubungan senirupa dengan beragam elemen pemikir dan praktisi keilmuan tertentu dalam memandang isu spesifik.
Biennale Jogja XI 2011menawarkan tiga tema kepada peserta Parallel Events, yakni yang berkait dengan tema Biennale Jogja XI “Religiositas dan Keberagaman”, berkait dengan isu-isu seputar Khatulistiwa, serta isu-isu seputar hubungan Indonesia dan India. Tiga tema ini ditawarkan sehubungan dengan keluasan kekayaan intelektual dan dinamika masyarakat madani Yogyakarta. Dengan atmosfer akademis yang kental dan keragaman masyarakatnya, Yogyakarta telah terkondisikan sebagai tempat persemaian serta praktik beragam gagasan dan prakarsa orisinal tentang beragam persoalan.
Parallel Events akan menjadi program side-events yang akan terus hadir dalam setiap penyelenggaraan Biennale Jogja seri Khatulistiwa (2011-2022). Dalam Biennale Jogja XI 2011 ini peserta Parallel Events adalah: Ace House Collective, Chlorophyll, Himpunan Mahasiswa Jurusan Institut Seni Indonesia/ISI Yogyakarta, Kandang Jaran, Komunitas Dokumenter, KUNCI Cultural Studies Center, Metropolelightberry, Mulyakarya, Q+ANT, Risky Summerbee and The Honeythief dan Kriya Sastra, serta Ruang MES56. Program-program Parallel Events ini diselenggarakan di beberapa tempat yang tersebar di Yogyakarta, dan dalam periode waktu penyelenggaraan Biennale Jogja XI 2011.
Akhir kata, silakan hadiri dan apresiasi kegiatan-kegiatan dalam program Parallel Events Biennale Jogja XI 2011!
A. Waktu Pendaftaran RENCANA Kegiatan adalah: 1 – 9 Juli 2011
B. Pendaftaran dengan melampirkan:
- Proposal singkat (500 kata, ukuran font 11) berisi landasan pemikiran penyelenggaraan kegiatan
- Rencana bentuk/format kegiatan
- Rencana pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam penyelenggaraan kegiatan; informasi singkat mengenai pihak-pihak tersebut (misalnya: seniman, kelompok seniman, penulis, komunitas, universitas, elemen masyarakat tertentu, dan lain sebagainya); serta peran pihak-pihak tersebut dalam kegiatan yang akan diselenggarakan.
- Rencana lokasi penyelenggaraan kegiatan
- Rencana waktu penyelenggaraan kegiatan
- Rencana sifat keikutsertaan publik dalam kegiatan tersebut, misalnya: gratis, dipungut biaya (tiket masuk, biaya pendaftaran), dan lain sebagainya
- Susunan panitia inti
- Contact details kepanitiaan
- Pihak-pihak yang direncanakan akan menjadi pendukung pelaksanaan kegiatan (misalnya sponsor, mitra penyelenggara, atau bentuk dukungan lainnya)
- Rencana kegiatan harap dikirimkan via email: [email protected]
TENTANG PARALLEL EVENTS BIENNALE JOGJA XI 2011
May 16, 2011
Penyelenggaraan BJ XI akan menjadi titik tolak dari gerak Biennale Jogja 10 tahun ke depan, yaitu di sekitar katulistiwa, antara 23.27 LS dan 23.27 LU. Biennale Jogja kemudian akan dikenal sebagai Biennale Equator.
Kegiatan BJ XI terdiri dari kegiatan utama dan tujuh kegiatan pendukung, yakni:
- Kegiatan utama: Pameran seni rupa Biennale Jogja XI di JNM (Jogja National Museum), Gampingan, Yogyakarta, yang akan memamerkan karya 40-an perupa Indonesia dan India
- Festival Ekuator
- Pertunjukan Garapan Baru Balet Ramayana
- Parallel Events
- Konferensi, Seminar, Artists Talk, dan Diskusi
- Workshop
- Lifetime Achievement Award dan Parallel Events’ Best Program
- Program Magang dan Kesukarelawanan