Telah Terbit! Newsletter Biennale Jogja Vol. 3 No.3

Newsletter Biennale Jogja Vol 3 No 3

Membicarakan hubungan dua kebudayaan, Indonesia dan kawasan Afrika, tidak pernah bisa lepas dari tema-tema poskolonialitas. Di beberapa edisi sebelumnya, newsletter The Equator telah banyak mengulas tema-tema tersebut sambil mengaitkannya dengan peristiwa penting yang selalu perlu dilihat ulang dan direfleksikan. Pada edisi kali ini, The Equator menyuguhkan wacana yang berupaya mendekatkan publik pada penyelenggaraan Biennale XIII yang bertema “Hacking Conflict”. Salah satu pembicaraan yang tidak bisa dihindari dalam “Hacking Conflict” ini ialah kedekatan antara seni dan politik. Dalam kaitannya dengan estetika, politik bisa kita maknai secara luas maupun sempit. Politik dalam konteks praktik ketatanegaraan dan pengaturan, serta politik dalam konteks keseharian sebagai masyarakat yang berbudaya dan berbahasa.

Penulis pertama, Muhidin M. Dahlan (salah satu peneliti Biennale Jogja XIII), menyuguhkan hasil pengamatannya atas keterlibatan seni dan politik dalam dinamika masyarakat dan praktik berkesenian di Jogja, sejak awal kemerdekaan hingga kini. Penulis kedua, Antariksa (peneliti Kunci Cultural Studies), membagikan sebagian dari penelitian yang sedang dilakukannya seputar perkembangan Seni Rupa pada masa penjajahan Jepang. Dalam tulisan ini ia mengungkap kerumitan hubungan seni dan propaganda di Jaman Jepang. Penulis ketiga, Hendra Himawan (tim artistik PE dan FE BJXIII), mengabstraksikan kerja-kerja seni komunitas yang sedang dilakukan bersama tim dan komunitas yang berpartisipasi. Melalui tulisannya, Hendra Himawan juga berupaya merefleksikan kerja seni komunitas, keterlibatan masyarakat hingga orientasi tematik dari seluruh rangkaian kerja PE dan FE dalam kerangka “Hacking Conflict.” Selain menghadirkan serangkaian wacana yang dihimpun dalam tema seni dan politik, The Equator edisi kali ini juga menyuguhkan perbincangan dengan salah seorang seniman yang terlibat di pameran BJXIII, Maryanto. Maryanto berbagi pandangan seputar peran seni di tengah persoalan sosial. Selain Maryanto, Irwan Ahmett juga membagikan gagasan yang melatarbelakangi karya yang sedang dipersiapkan dalam pameran BJXIII.

Sila dapatkan minggu depan di pos-pos distribusi di sekitar Anda!
JAKARTA: Ruang Rupa, Goethe Institut, Komunitas Salihara, di-a-lo-gue, Kedai Tjikini, Serrum
BANDUNG: Selasar Sunaryo Art Space, Galeri Soemardja, Tobucil.
JAWA BARAT: Jl. R.A. Natamanggala, Perum BUkit
 Rantau Indah C27 Kademangan Pasir Halang Kec. Mande, Kab. Cianjur.
YOGYAKARTA: IVAA, Kedai Kebun, Perpustakaan Pusat UGM, Perpustakaan Pascasarjana USD, Cemeti Art House, LKiS, Ark Galerie, Warung Lidah Ibu, FSR ISI Yogyakarta, Jogja Contemporary, PKKH UGM.
SEMARANG: Kolektif Hysteria.
SURABAYA: C2O Library.
KEDIRI: Rupakatadata.
BALI: Ketemu Project Space.
MAKASAR: Rumata Art Space.