Equator Festival (EF) kembali digelar untuk ketiga kalinya dalam even Biennale Jogja (BJ). Festival ini mewadahi berbagai pertemuan yang terjadi dalam praktik kebudayaan saat ini. EF menjadi panggung tidak saja bagi pertemuan bentuk-bentuk kreativitas seni yang berkembang dalam masyarakat, tetapi juga praktik-praktik lain seperti literasi, gerakan konsumen, dan pendidikan. Sebagai bagian penting dari BJ XIII, festival juga mengambil narasi pertemuan Indonesia-Nigeria sebagai titik tolak menentukan arah perayaan.
Beberapa prinsip pertemuan itu dirumuskan, seperti gerakan sosial, tema poskolonial, dan bertumbuh kembangnya masyarakat dalam mengalami demokrasi. Persebaran nilai dan pengetahuan yang diharap terjadi dalam EF kali ini memberi porsi yang besar pada para penggerak desa dan komunitas warga sebagai pengayuh utamanya. Komunitas yang terlibat dalam festival ini tersebar mulai dari komunitas seni setempat, kelompok tani, penggerak media alternatif, seniman, dan aktivis budaya lainnya. Merekalah yang menghidupan persebaran pengetahuan dan praktik estetik yang dipanggungkan dalam festival kali ini.