Program Pameran Utama Biennale Jogja XIII Equator #3: Hacking Conflict – Indonesia Bertemu Nigeria

Pameran Utama Biennale Jogja XIII akan diselenggarakan pada tanggal 1 November sampai dengan 10 Desember 2015. Pameran ini untuk pertama kalinya dalam seri Equator dikuratori oleh seorang seniman, Wok The Rock yang ditunjuk oleh Direktur Artistik Rain Rosidi. Wok The Rock bekerjasama dengan kurator yang juga seniman asal Nigeria, Jude Anogwih dan peneliti Biennale Jogja Lisistrata Lusandiana.

Selepas penelitiannya di Nigeria, Wok The Rock tertarik untuk membahas permasalahan aktual yang sedang dihadapi oleh Nigeria dan Indonesia paska runtuhnya rejim militer di kedua Negara. Dengan membahas hal yang aktual diharapkan mampu menepis potensi munculnya pandangan-pandangan atau wacana yang stereotip tentang kedua Negara tersebut. Kritik atas praktik demokrasi yang labil kemudian menjadi acuan utama dalam mengembangkan tema. Melalui pameran seni ini, kurator dan seniman mengajak masyarakat bereksperimen dalam mendayagunakan konflik, ketidakteraturan, kesalahpahaman dan perbedaan karena keberadaannya yang mutlak dalam sistem demokrasi. Konflik selalu dilihat sebagai sebuah momok yang harus diberantas demi kehidupan yang harmonis. Kenyataannya, konflik akan selalu hadir dalam kehidupan demokratis karena semua orang berhak mengemukakan pendapatnya. Untuk itu, konflik harus dilihat secara positif. Sebagai hal penting yang dikelola sehingga menciptakan sebuah keharmonisan yang tak terduga.

Berlandaskan tema tersebut, kurator merancang bentuk pameran yang berupa ruang aktivitas. Ruang tersebut diciptakan bersama partisipan pameran dari beragam disiplin ilmu melalui proses kolaborasi. Sebuah forum diskusi intensif diselenggarakan setiap bulan untuk menggagas proyek-proyek seni secara bersama. Kerja kolaboratif ini dimaksudkan untuk membuahkan karya-karya yang sinergis dan mendorong munculnya konflik dalam proses penciptaan, sehingga tema pameran tak sekedar menjadi sebuah narasi. Pameran ini nantinya diharapkan mampu menciptakan ruang-ruang yang mengintervensi publik secara artistik untuk berpartisipasi aktif sehingga membentuk opini-opini publik. Dengan ini, karya seni membuka peluang atas inisiatif, aspirasi dan distribusi wacana yang luas.

Pameran Utama ini diikuti oleh 23 partisipan dari Indonesia dan 11 dari Nigeria. Mereka adalah Ace House Collective, Aderemi Adegbite, Agan Harahap, Amarachi Okafor, Anggun Priambodo, Anti Tank, Ardi Gunawan, Arief Yudi, Dodo Hartoko, Elia Nurvista, Emeka Ogboh, Emeka Udemba, Fitri Setyaningsih, Joned Suryatmoko, Kainebi Osahenye, ketjilbergerak, Lifepatch, Maryanto, Ndidi Dike, Olanrewaju Tejuoso, Punkasila, Rully Shabara, Segun Adefila, Serrum, Tarlen Handayani, Temitayo Ogunbinyi, Uche Okpa Iroha, Victor Ehikhamenor, Wukir Suryadi, Yudi Ahmad Tajudin, Yazied Syafa’at, Yustoni Volunteero dan Yusuf Ismail.

Forum diskusi partisipan telah mulai diselenggarakan pada bulan Mei, Juni dan Juli di Yogyakarta, Jakarta dan Lagos baik melalui pertemuan langsung (Forum Offline) maupun via Facebook Group. Forum ini akan diselenggarakan hingga bulan Desember 2015.

Pada bulan Juli lalu, 2 seniman Indonesia: Anggun Priambodo dan Maryanto melakukan residensi selama 2 minggu di Lagos, Nigeria untuk observasi dan produksi karya mereka. Selanjutnya 5 seniman Nigeria akan melakukan residensi selama 1 bulan di Yogyakarta pada bulan Oktober sampai dengan November.

Situs Pameran Utama menggunakan Pendopo Ajiyasa, Plaza JNM dan Plaza Kriya di Jogja National Museum. Ruang pameran yang bersifat semi-terbuka ini dirancang oleh kurator bersama seorang seniman/arsitek Iswanto Hartono. Format pameran yang berupa ruang aktivitas dan bersifat terbuka ini memungkinkan karya-karya yang dihasilkan bekerja bersama masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di lingkungan sekitarnya. Selama 40 hari, situs ini akan menjadi ruang interaksi aktif dengan berbagai macam kegiatan, pertunjukan dan peristiwa seni setiap minggunya. Jadwal kegiatan akan diterbitkan pada bulan Oktober melalui situs web, media sosial dan Newsletter Equator Biennale Jogja. Sampai jumpa di bulan November.