Ace House Collective
“Komisi Nasional Pemurnian Seni (KNPS)”
Aktivitas performatif dalam instalasi site-specific
Kolaborasi dengan : Rully Shabara, Yazied Syafaat, Joned Suryatmoko, Maryanto
Gurah adalah proses pengobatan yang melibatkan pembersihan organ-organ di dalam tubuh manusia. Dalam karya ini, Ace House Collective menggunakan gurah sebagai analogi untuk fungsi seni dalam masyarakat. Seni dapat menjadi alat untuk mengurai dan “membersihkan” berbagai isu kompleks yang dihadapi oleh masyarakat kita di masa ini. Namun, kerja politik dalam seni tidak hanya melulu terbatas pada caranya menghadapi persoalan-persoalan di masyarakat. Cara seni beroperasi juga perlu ditinjau ulang secara politis. Bagaimana karya seni yang dipamerkan dalam konteks biennale ini mampu mewakili posisi ideologis seniman dalam masyarakat? Karya Ace House Collective merupakan sebuah aksi otokritik terhadap seni —termasuk potensi beserta batasannya— dalam lingkup sistem formal dan birokratis seperti Biennale Jogja.
Ace House Collective merupakan sebuah kolektif seniman, yang dibentuk pada tahun 2011. Sejak 2014, mereka menjalankan ruang inisiatif yang bersifat nirlaba dan difungsikan sebagai sebuah laboratorium praktik artistik yang mewadahi tegangan yang berasal dari seni dan disiplin lain, dalam konteks budaya pop dan budaya anak muda. Dalam ruang ini mereka menekankan pada pendekatan eksperimental dan eksploratif. Selain itu, mereka juga menggali berbagai celah kemungkinan dalam seni rupa melalui berbagai program dan aktivitas, seperti presentasi-diskusi, pameran, residensi hingga proyek seni lintas disiplin. Proyek Ace House yang berjudul “Tak Ada Rotan Akar Punjabi” merupakan riset artistik mengenai masyarakat diaspora India yang berada di Yogyakarta, yang menjadi pemenang pertama dalam program Parallel Event Jogja Biennale di tahun 2011. Mereka juga telah berpameran di Seoul Museum of Art, di Korea Selatan. Selain itu, mereka juga berpartisipasi di Jakarta Biennale 2013.