Irwan Ahmett dan Tita Salina

Irwan Ahmett – Tita Salina & Yudi Ahmad Tajudin
“Restitution of 1755: Hacking Giyanti”
Prosesi, diskusi, adendum, performance

Seperti karya-karya sebelumnya yang mampu mengangkat kompleksitas persoalan, kali ini kolaborasi Irwan-Tita dan Yudi Ahmad Tajudin mencoba bermain-main dengan dasar legitimasi sejarah, yang selama ini jarang kita pertanyakan lagi. Kolaborasi ini tertarik untuk melihat konflik yang akhir-akhir ini mengemuka di kota Jogja, mulai dari konflik elit hingga konflik perebutan ruang hidup yang melibatkan beberapa komunitas akar rumput. Alih-alih mencari solusi atas konflik yang terjadi, proyek seni ini memilih untuk menelisik masuk ke dalam sejarah berdirinya kota sekaligus kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan menghadirkan kembali Perjanjian Giyanti. “Restitution of 1755: Hacking Giyanti” ini dilakukan tidak untuk mencari kebenaran atau keaslian sejarah, namun justru mempertanyakan legitimasi yang selama ini menjadi dasar berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Juga mengajak kita untuk selalu peka dengan segala macam legitimasi kuasa.

Irwan Ahmett dan Tita Salina merupakan seniman Indonesia yang tinggal dan bekerja di Jakarta. Lulus dari Desain Grafis, Institut Kesenian Jakarta.Karya-karya mereka kebanyakan berupa rangkaian aksi intervensi di ruang publik yang menggunakan benda-benda temuan dan eksperimen situasional, yang dirancang khusus untuk merespon persoalan khusus di tempat yang mereka singgahi dalam waktu tertentu. Dalam beberapa karyanya yang dilakukan di ruang urban, seringkali melibatkan publik. Dengan menjadikan permainan sebagai platform, Ahmett-Salina memproduksi karya yang kompleks, yang mampu merubah persoalan menjadi ironis serta meruba cara pandang mereka atas kotanya. Di level selanjutnya, misi mereka ialah merubah kebiasaan dari penonton dan partisipan.  Duo ini sering mengikuti program residensi seni dan melakukan proyek-proyek seninya di Indonesia, Jepang dan berberapa negara di Eropa.