Irwan Ahmett – Tita Salina & Yudi Ahmad Tajudin
“Restitution of 1755: Hacking Giyanti”
Prosesi, diskusi, adendum, performance
Seperti karya-karya sebelumnya yang mampu mengangkat kompleksitas persoalan, kali ini kolaborasi Irwan-Tita dan Yudi Ahmad Tajudin mencoba bermain-main dengan dasar legitimasi sejarah, yang selama ini jarang kita pertanyakan lagi. Kolaborasi ini tertarik untuk melihat konflik yang akhir-akhir ini mengemuka di kota Jogja, mulai dari konflik elit hingga konflik perebutan ruang hidup yang melibatkan beberapa komunitas akar rumput. Alih-alih mencari solusi atas konflik yang terjadi, proyek seni ini memilih untuk menelisik masuk ke dalam sejarah berdirinya kota sekaligus kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan menghadirkan kembali Perjanjian Giyanti. “Restitution of 1755: Hacking Giyanti” ini dilakukan tidak untuk mencari kebenaran atau keaslian sejarah, namun justru mempertanyakan legitimasi yang selama ini menjadi dasar berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Juga mengajak kita untuk selalu peka dengan segala macam legitimasi kuasa.
Yudi Ahmad Tajudin lahir di Jakarta pada tahun 1972. Ia seorang sutradara teater dan pendiri sekaligus direktur artistik Teater Garasi, sebuah kolektif seniman lintas-disiplin di Yogyakarta, Indonesia. Karya-karyanya terdiri dari proyek lintas disiplin yang dikerjakan bersama beberapa seniman penting. Beberapa karyanya yang direspon secara kritis diantaranya berupa opera kontemporer, teater tari, drama klasik, seni pertunjukan hingga interpretasinya atas seni pertunjukan tradisional Jawa. Ia memaknai proses produksi teater sebagai mediumnya dalam membaca, menyelidiki serta mempertunjukkan kegelisahannya atas persoalan yang ada di masyarakat sekaligus perubahan yang ada di dalamnya.
Ia dikenal sebagai sutradara mutakhir yang telah membawa kemajuan estetis dalam teater Indonesia. Pada tahun 2014 ia mendapatkan “Penghargaan Seni” dari Mentri Kebudayaan Indonesia. Kemudian pada tahun 2013, Teater Garasi diberi gelar Prince Claus Laureate karena “keberanian dan karya inovatifnya yang telah menambah gairah di dunia seni pertunjukan Asia Tenggara”. Yudi tinggal dan bekerja di Yogyakarta, Indonesia.