PROGRAM KUNJUNGAN BAGI SISWA DAN MAHASISWA
Beberapa program pendidikan publik yang diinisiasi oleh Biennale Jogja XIII terutama berfokus pada bagaimana mengajak mahasiswa dan siswa SMU untuk memindahkan ruang belajarnya, dari kelas formal di sekolah menjadi kelas diskusi di ruang pamer BJ XIII. Program ini tentu saja bukanlah sesuatu yang baru dan telah menjadi program umum dalam berbagai pameran seni dalam skena seni yang lebih mapan. Tetapi, tampaknya, program seperti ini belum pernah digarap secara serius selama berlangsungnya Biennale Jogja dan lebih banyak dilakukan secara sporadis, tanpa rencana yang cukup matang. Kesadaran untuk memulai program ini dimulai dari keinginan membangun sistem di mana pendidikan dan peristiwa-peristiwa kebudayaan, terutama yang berbasis pada seni kontemporer, yang menjadi dua pilar dari kegiatan kemasyarakatan di Yogyakarta, dapat disatukan dan saling mendukung satu sama lain. Memang sebelumnya siswa-siswa sekolah telah mendapat kesempatan untuk mengunjungi museum dan warisan-warisan bersejarah lain yang ada di Yogyakarta, tetapi sebagian besar museum ini lebih banyak menyimpan artifak-artifak masa lalu. Mengunjungi festival dan peristiwa seni yang berbasis seni kontemporer seperti Biennale Jogja merupakan sebuah cara bertaut dengan fenomena yang bersifat ‘kini’ dan melihat bagaimana kita bisa menjadi kritis terhadap apa yang terjadi hari-hari ini. |
Dalam program kunjungan siswa ini, kami juga melihat ketertarikan khusus dari kelompok tertentu yang berkait dengan konten pameran sehingga para seniman bisa memberi lokakarya ketrampilan maupun mendiskusikan karya mereka dalam kerangka tema yang beragam. Dengan cara ini, gagasan seniman bisa dilihat sebagai fenomena yang kompleks, sehingga memungkinkan untuk ditelaah dengan banyak sudut pandang. Setidaknya 10 sekolah dan enam perguruan tinggi terlibat dalam program ini, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga mahasiswa. Selain dipandu menyaksikan pameran, dilaksanakan pula workshop, diskusi, seniman bicara, dan lain sebagainya.