Site Loader

Perubahan—terutama dalam skala besar seperti pandemi 2020- 2022 lalu, selalu melahirkan situasi ketidakpastian, membangun sebuah ruang ambang, antara yang lalu dan yang akan terjadi. Situasi transisi semacam ini selalu berisiko menghamparkan ketidaknyamanan, dan dalam pandemi corona, ketidaknyamanan yang bersifat massal ini juga banyak mendorong munculnya friksi sosial dan bahkan memicu gerakan politik yang fundamental. Dalam konteks global, kita dapat menyebut bagaimana kemarahan atas penyiksaan terhadap warga kulit hitam, membawa solidaritas skala besar yang kemudian disebut BlackLives Movement misalnya. Demikian pula kesadaran yang makin intensif atas perlunya membongkar tindak-tindak pelecehan seksual, membawa perluasan kampanye #metoo sebagai pembuka ruang untuk menggugat budaya maskulin patriarkhi di seluruh dunia. Internet dan inovasi teknologi komunikasi telah membawa gerakan-gerakan ini menjadi upaya berskala global yang melintasi batas ruang dan waktu.

Silang Saling tidak saja menandai keragaman praktik, moda, dan konteks/wacana dalam karya-karya peserta program Asana Bina Seni 2022 kali ini. Tentu saja ada penggarisbawahan pada medium dan tema yang berbeda-beda, tetapi silang saling mesti dimaknai pula dalam kemungkinan yang lebih luas di mana beragam kegelisahan dan pertanyaan personal ini saling bertemu dan membangun percakapan. Setiap seniman datang dengan pertanyaan dan kegelisahan masing-masing, atau yang dibincangkan secara kolektif, yang lahir dari konteks yang berbeda pula. Beberapa isu merupakan wacana yang semakin intens didiskusikan selama pandemi berlangsung, terutama berkait dengan perubahan relasi manusia dan lingkungan, atau disrupsi dan mediasi dalam jejaring sosial baru: termasuk bagaimana ingatan dan nostalgia atas yang lampau menjadi sebentuk upaya untuk memperlambat perubahan. Secara lebih intim, perubahan ditafsir pula dalam konteks relasi manusia dengan tubuhnya; di mana tubuh tidak hanya menjadi wadah bagi jiwa dan pemikiran, tetapi ia merupakan ruang kontestasi bagi gagasan moral, batasan, etika dan polarisasi politik. Sejarah, arkeologi, biologi, psikologi, feminisme, antropologi, menjadi metode pembacaan yang memperkaya sudut pandang para seniman dalam membangun narasi.

Para seniman mengelola isu-isu sebagai titik pijak untuk mengolah kecnderungan artistik. Sebagian dari mereka belajar secara formal di jurusan seni lukis, sehingga dalam praktiknya masih berkutat dengan lukis sebagai medium utama, yang kemudian dikombinasikan dengan kerja penciptaan digital atau memadukan dengan video dan citra gambar berbasis internet. Sementara bentuk-bentuk performans menjadi ruang untuk menjadikan tubuh sebagai cara mengartikulasikan “perlawanan” diam-diam, atau upaya penyembuhan kolektif. Karya berbasis suara dan video juga menjadi ruang untuk Melalui performans, tubuh secara langsung merespons ruang dan waktu, menawarkan celah untuk berinteraksi langsung dengan penonton. Seniman kolektif bekerja dengan moda presentasi riset, seperti membangun museum skala kecil, di mana setiap artifak punya sejarah dan konteks sendiri, memantulkan arsip dan memorabilia.

 

Berikut adalah beberapa potret acara Pembukaan Pameran Asana Bina Seni 2022 dan potret Exhibition View: