Site Loader

Asana Bina Seni merupakan salah satu program Yayasan Biennale Yogyakarta dalam rangka memberikan kesempatan dan ruang bagi seniman-seniman muda yang berasal dari Yogyakarta serta daerah-daerah lainnya di Indonesia. Program ini mengelaborasikan ide dan gagasan mereka melalui kelas reguler dan inkubasi yang berlangsung selama bulan Februari-April 2023, yang kemudian akan dipamerkan pada 9-19 Juni 2023 di Taman Budaya Yogyakarta. Peserta terdiri dari seniman dan penulis/kurator yang terpilih melalui panggilan terbuka pada Februari 2023, terdiri dari 15 seniman individu, 7 seniman kolektif dan 9 penulis/kurator yang yang berasal dari disiplin ilmu yang berbeda mulai dari lukis, fotografi, patung, musik/bunyi, sejarah, antropologi hingga teater atau performans. 

Karya seniman-seniman Asana Bina Seni 2023 banyak yang menjadikan tempat, secara harfiah, sebagai titik berangkat sekaligus medium untuk menceritakan keresahannya masing-masing. Beberapa seniman dengan lantang membicarakan tentang memori kisah masa kecilnya atauiqiiipun konstruksi sosial yang dibentuk oleh lingkungan sekitarnya. Ada yang bicara tentang bukit-bukit batu untuk menjamah perkara pascakolonialitas, ada yang bicara tentang budidaya tembakau di Jawa Timur untuk menyentuh relasi patron-klien berbasis agama. Ada pula yang bicara tentang motif etnik untuk mengabarkan kerusakan lingkungan, bahkan diskriminasi soal gender dan identitas. Beberapa seniman serta-merta menampilkan tempat, suatu setting yang punya kisah, ke dalam ruang pamer. Tempat minum teh keluarga Tionghoa, tempat kongko orang-orang Batak, tanah yang dijual dan imajinasi tentang modernitas. Tempat juga meliputi medium berupa artefak-artefak keseharian yang menandakan sense of place, perasaan keruangan, bagi seniman dalam konteks isu karyanya. Benda-benda di pesisir Madura hingga benda-benda yang mendefinisikan aktivitas perempuan di ruang publik jadi dua dari sekian contoh yang bisa disebutkan.

Kata “(Se)tempat” bisa jadi memiliki potensi primordialisme-tentang siapa yang asli dan yang oplosan; yang berhak dan tidak berhak bicara. “KTP mana?”; “Asli mana?”; dua dari sekian ekspresi primordial yang bisa saja muncul dari perasaan sebagai yang-setempat. Namun, relasi kuasanya perlu dibaca teliti sebab upaya untuk memecah dan membelah warga pastilah datang dari mereka yang punya kuasa; mereka yang perlu memutus solidaritas warga. Untuk itu, pameran ini berusaha menawarkan berbagai macam ide dan upaya untuk melihat lokalitas dari sudut pandang pribadi, dan bukan sesuatu yang tipikal, eksotik, atau eksklusif. Sebaliknya, adalah metode untuk mencoba meraih kepekaan audiens terhadap kekhususan sejarah, penindasan yang spesifik, serta konteks-konteks perlawanan yang berlainan sehingga butuh dialog intens terus menerus. “(Se)tempat” adalah upaya untuk melihat ke dalam, melihat yang empirik, sebelum merespons hal-hal yang lebih jauh dan abstrak, demi memunculkan sebuah benang merah yang saling berkaitan. Harapannya, melalui konteks inilah empati bisa tumbuh dan solidaritas bisa subur dan mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

Pameran Asana Bina Seni “(Se)tempat” akan berlangsung pada 9-19 Juni 2023 di Ruang Pamer Taman Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedani No.1, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122. Dibuka oleh Dian Lakshmi Pratiwi, SS.M.A. (Kepala Dinas Kebudayaan DIY) dan Moelyono. 


Seniman & Penulis/Kurator yang terlibat pada Pameran Asana Bina Seni 2023 “(Se)tempat” diantaranya :

Seniman : Aji Ardoyono, Aman Syahril, Awi Nasution, Fredy Hendra, Ivonne Kani, Ma’rifatul Latifah, Muzeian, Nessa Theo, Nisa Ramadani, Reza Kutjh, Shodiq, Sophie Trinita, Yusi Yuansa, Zakaria, Zuraisa.

Kolektif : Brebes Artdictive, Kawan Pustaha, Matrahita, Sudut Kalisat, Tanglok Art Forum, Titik Kumpul Forum, Tutti Frutti.

Penulis/Kurator : Aliffia Marsha N, Ardhias Nauvaly, Dayna Fitria, Hanan Syahrazad, Ima Gusti, Juwita Wardah, Muhammad Farid, Samuel Bonardo, Sekar Atika.