PAMERAN
UTAMA

2 November – 10 Desember

Dalam pameran utama Biennale Jogja XIV yang bertajuk STAGE OF HOPELESSNESS, 39 perupa dari Indonesia dan Brasil diundang untuk menggelar karya-karyanya. Sebanyak 27 perupa Indonesia yang diundang adalah perupa-perupa yang aktif berkegiatan dalam enam tahun terakhir dan telah menggelar pameran tunggal dalam dua tahun terakhir. Sedangkan 12 perupa Brasil yang diundang adalah nama-nama pilihan hasil diskusi dengan Gabriel Bogossian, seorang curator dari organisasi Videobrasil.

Ada tujuh repertoar yang awalnya ditawarkan sebagai pilihan untuk diinterpretasikan secara bebas oleh perupa peserta pameran utama kali ini. Repertoar-repertorar tersebut yaitu: Penyangkalan atas Kenyataan, Kemarahan pada Keadaan, Keputusasaan atas Kehilangan, Kepasrahan dalam Ketiadaan, Penghiburan atas Kehilangan, Kesadaran pada Keadaan, dan Penerimaan atas Kenyataan.

Dalam proses kreatif yang berjalan, beberapa perupa mengalami kebuntuan-kebuntuan dan lompatan-lompatan yang tidak diduga sebelumnya. Perupa yang awalnya hendak mengeksplorasi repertoar ketujuh, pada akhirnya harus melompat ke repertoar keempat setelah berjumpa dengan kenyataan lain di luar nalar yang diyakini sebelumnya. Ada pula perupa yang awalnya ingin mencoba repertoar yang tidak pernah ia eksplorasi sebelumnya, terpaksa harus kembali pada repertoar yang biasa ia kerjakan.

Dinamika yang terjadi dalam proses kreatif tersebut dikarenakan setiap perupa memiliki kegiatan paralel berbeda yang menentukan putusan-putusan mereka. Maka ketujuh repertoar yang dihadirkan dalam Biennale Jogja kali ini, tidak ditampilkan secara berurutan pada gedung pamer Jogja Nasional Museum yang terdiri dari tiga lantai, tapi sengaja diacak menurut kebutuhan ruang, untuk menciptakan satu dramatisasi baru yang diharapkan dapat menyentuh perasaan.

Hampir sebagian besar perupa Indonesia menampilkan karya-karya baru. Beberapa mencoba menggunakan metode baru yang belum pernah mereka coba sebelumnya. Ada pula perupa Indonesia yang tidak menampilkan karya baru, namun melanjutkan atau memodifikasi karya lama dengan penyesuaian pada tema dalam pameran ini.

Dari dua belas perupa Brasil yang diundang, tiga di antaranya menempuh residensi di kota Jogja, dan seorang lagi melanjutkan karyanya di Indonesia. Dua perupa Brasil lainnya membuat karya di Jogja melalui instruksi-instruksi jarak jauh, dan seorang perupa lainnya lagi berkolaborasi jarak jauh dengan perupa Indonesia.

Keseluruhan karya dalam pameran ini disajikan dalam suasana yang berbeda pada setiap lantai gedung pamer Jogja National Museum. Suasana tersebut dirancang untuk mengikat seluruh karya yang ditampilkan pada setiap lantai. Ini dilakukan untuk mengatasi kontras perbedaan yang tajam antara karya-karya yang ditampilkan perupa Brasil dan Indonesia. Perbedaan orientasi dalam membaca persoalan dapat jelas terlihat pada karya-karya yang ditampilkan oleh seniman Brasil dan Indonesia, meski ini bukan untuk diperbandingkan, melainkan untuk saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain menjadi satu rangkaian narasi yang utuh. (PS)