PARALLEL
EVENT

28 October – 3 Desember

Program Parallel Event hadir untuk menyisir keragaman dinamika praktik dan wacana seni kota berikut pelakunya. Sebagai program pendukung pameran utama, Parallel Event menjadi ruang dialog untuk setiap lontaran gagasan atas ‘biennale’, sekaligus merangkul peran aktif ruang dan pelaku seni lokal dalam menangkap gagasan dan wacana besar dari Biennale Jogja seri Ekuator. Pada penyelenggaraan Biennale Jogja sebelumnya, Parallel Event identik pada pola ‘penciptaan peristiwa seni rupa’ dengan mengundang secara terbuka setiap komunitas untuk menciptakan serangkaian proyek seni lintas disiplin dengan kewajiban pelibatan publik yang terorganisir. Pada pagelaran kali ini, Parallel Event kali ini memberi tawaran baru.

Parallel Event kali ini merancang program dengan menjemput dan merangkul keterlibatan ruang dan komunitas seni lebih luas—dalam keragaman cara pandang, pilihan praktik dan ideologi kesenian—dalam medan sosial seni rupa Yogyakarta. Pilihan format ini bertujuan memperkaya pengetahuan tentang kerumitan di wilayah khatulistiwa melalui jejaring kerja kolaborasi dan kemitraan ruang dan komunitas seni di Yogyakarta. Di samping itu, format ini sekaligus mengoptimalkan potensi kesaling-terhubungan antara elemen-elemen pemikir dan praktisi pengetahuan, serta bersama-sama merayakan perjumpaan dengan Brasil.

Pelibatan ruang seni dan komunitas seni yang beragam ini menjadi sangat penting untuk membangun pemahaman bahwa seni bisa dilihat sebagai satu produksi pengetahuan yang tidak hanya ‘terpusat’ pada satu titik tertentu. Berdasar kerangka konsep ini; dialog, jejaring dan kemitraan, menjadi misi Parallel Event Biennale Jogja XIV dalam upaya terus-menerus membangun visi demokratisasi seni yang berkelanjutan. Gagasan yang beragam dimunculkan dalam serangkaian peristiwa seni di sepanjang Parallel Event BJ XIV. Beberapa diantaranya memilih beragam praktik pameran sesuai dengan isu yang selama inimenjadi antusiasme masing-masing ruang.

Wacana aksi para seniman muda terus didengungkan oleh Ace House Collective, sebuah kolektif perupa muda yang lahir dari picuan ide ‘penciptaan peristiwa seni rupa’ dan rangsangan kolaborasi interdisipliner dalam Program Parallel event biennale Equator pertama di tahun 2011. Mereka mengulik kembali pergerakan street art Yogyakarta melalui pameran After All These Year. Kolektf seniman muda Perahu Art Connection menggelar pameran bertajuk Tetris di Galeri Fadjar Sidik di wilayah ISI Yogyakarta. Sementara itu kelompok perupa muda Bali dalam kelompok Sakapat menggelar pameran Insomnia di Indie Art House, serta seniman-seniman residensi di Grafis Minggiran, yang menggelar karya dalam Moving On di ViaVia Art Space.

Inisiasi untuk mengangkat sejarah dan kiprah para seniman senior yang menjadi panutan dan guru, dihadirkan oleh Sanggar Dewata Indonesia melalui pameran Tribute to Maestro I Nyoman Gunarsa di PKKH – UGM. Pameran bersama oleh IKASSRI (Ikatan Keluarga Alumni Sekolah Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta) di Pendhopo Art Space berbagi pengalaman dan semangat dunia seni rupa Yogyakarta era 80’an serta perjalanan panjang sejarah dan proses kreatif Komunitas Sanggar Bambu yang diulik oleh Galeri R.J. Katamsi, sebuah ruang seni yang diinisiasikan oleh Kampus ISI Yogyakarta sebagai wahana kajian dan penciptaan seni. Tak lupa, ruang Kiniko (SaRanG Building II) menggelar pameran sketsa karya Gunawan Muhamad, seorang pemikir kebudayaan yang kita kenal melalui esay-esay Catatan Pinggir-nya. Dan Taman Tino Sidin merayakan ulang tahun ke-92 bagi mendiang ‘guru menggambar nasional’, Pak Tino Sidin, dengan menggelar pameran mengajak para seniman yang telah mapan di bidangnya.

Siasat dan strategi pelaku individu seniman dalam mengolah isu keseharian dihadirkan oleh ruang-ruang seperti; Indie Art House melalui proyek instalasi tunggal I Wayan Sudarna Putra pada tajuk Menanam Air, dan Maslihar Panjul yang bertajuk Ronce. Kedai Kebun Forum menggelar Pameran Tunggal Julian ‘Togar’ Abraham dengan tajuk Sebelum Gendang, serta Galeri Fadjar Sidik yang memamerkan karya-karya Ali Umar dalam Sejuta Cerita Ali Umar. Sementara Kebun Bibi menyuguhkan pameran tunggal Prihatmoko Moki dalam Prajurit Kalah Tanpa Raja dan proyek mural Kiss On The Wall Project #19 oleh Trianto Kintoko, Redbase Foundation menampilkan karya Raul Renanda dalam pameran tunggal Anak Sumatra in the Land of Java. Seperti Kebun Bibi yang menginisiasikan project mural, Redbase Foundation juga menantang Isrol Media Legal untuk mempresentasikan karya dalam bentuk mural. Di bilangan kawasan Nitikan, ruang seni milik Galam Zulkifli, INiSeum, menggelar The Indonesia Idea, sebuah project seni karya beliau yang mengangkat persoalan-persoalan identitas kenegaraan, mempertanyakan esensi apa dan bagaimana menjadi manusia Indonesia.

Suara-suara kolektif seni dalam beragam ideologi dan isu yang diusung juga dihadirkan dalam gelaran Parallel Event. Sebagaimana yang dihadirkan oleh Gerimis Ungu, sebuah kolektif yang concern dengan isu-isu lingkungan, membaca persoalan identitas manusia Indonesia (senada dengan Galam Zulkifli) melalui presentasi Negeri Cinta Kita (Indonesia) di PKKH-UGM. Isu-isu perempuan di wilayah seni yang senantiasa di lontarkan oleh Pereks (Perempuan Eksperimental) kembali diolah dalam bentuk proyek seni terbaru mereka di Kersan Art Space. Sementara isu perempuan dalam ranah domestik diusung oleh kolektif seniman perempuan Yogyakarta dalam Bumbon #3: Lost and Found di Art Merdeka. Isu-isu perempuan juga ditawar oleh Nalarroepa Art Space melalui proyek seni perupa muda perempuan dalam pameran Fragmen Kecil.

Isu spesifik tentang nilai (value) sebuah karya seni dalam jejaring medan sosial seni berikut tegangan dan polemik yang muncul di sekitarnya (patron, market) coba ditafsir oleh komunitas SAKATO. Kolektif seniman asal Minangkabau menampilkan karya-karya koleksi kolektor sebagai bentuk pameran ‘post exhibition presentation’. Hilir mudik seniman luar daerah untuk berkolaborasi dengan seniman lokal, masuk ke Yogyakarta untuk menjajal medan dan merengkuh apresiasi dimunculkan dalam Body – Scape, yang digagas oleh Ruang Dalam Art House. Ruang ini menampilkan kepiawaian tehnik dan kecakapan artistik para seniman dari Malang dan Yogyakarta dalam beragam konsep dan corak visual.

Pilihan mengangkat craft dengan segenap keunikan material dan teknik, untuk didudukkan dalam kajian seni kontemporer dipilih oleh Galeri Lorong dengan menghadirkan pameran bersama bertajuk Fragile. Sementara hal sama dilakukan oleh Dyah Retno melalui pameran tunggal keramik-nya di Pendhapa Art Space. Praktik seni kontemporer dengan pendekatan penciptaan karya lintas material juga dimunculkan dalam Sub Jedhor oleh Angrok Art Club di kompleks Masjid Gedhe Mataram, serta pameran kelompok oleh Lintang Radittya, Rudi Atjeh, dan Sambunghambar yang diselenggarakan di Ark Galerie.

Pilihan berjejaring dengan medan sosial seni luar negara untuk membangun sinergi dan perbincangan seni dalam kancah global digelar oleh Langgeng Art Foundation dalam pameran bertajuk A Different Way of Painting; A Different Way of Thinking About Painting. Pameranyang melibatkan pelukis dari daratan Asia dan Eropa bertukar perspektif atas kajian konseptual dalam seni lukis. Upaya membangun dialog dan pertukaran perspektif seni lintas kawasan juga dimunculkan oleh ViaVia Art Space dalam pameran Diplomacy of Triviality. Dalam semangat yang sama Jogja Contemporary mengangkat Dongeng Tanah sebagai praktik kerja seni kolaborasi antara Cibele (seniman diaspora asal Brasil) dengan Sisir Tanah dan kolektif Survive! Garage. Ada juga pameran karya seniman Maraike Jacobi – Joshua Zienlinky, dari program residensi yang diselenggarakan oleh SaRanG Building I. Sementara itu, gerilya Miracle Art Print yang digagas oleh Syahrizal Pahlevi yang dikenal sebagai inisiator Jogja International Mini Print Biennale, kembali merangkul printmaker dari berbagai negara dalam Saludos Graf!.

Tak ketinggalan ruang apresiasi sastra yang mempunyai sejarah panjang dan senantiasa bersinggungan dengan seni rupa coba digagas dan dihadirkan oleh Green Art Space melalui Writing From The World, sebuah pameran karya syair kontemporer. Aktivis-aktivis sastrawan muda yang tergabung dalam Ngopinyastro, mengusung misi napak tilas sejarah pergerakan sastra lokal Yogyakarta dalam 3 repertoar aksi; Ngopinyastro Anjangsana: Napak Tulis Malioboro mengambil tempat di salah sudut Malioboro, Ngopinyastro Anjangsana: Napak Tulis Tamansiswa di lingkungan kawasan Perguruan Taman Siswa, dan Ngopinyastro Anjangsana: Napak Tulis Papan Tilas di Situs Pesanggrahan Raja Warung Boto, Yogyakarta.

Serangkaian workshop, pemutaran film, dan diskusi juga digelar oleh masing-masing ruang sepanjang perhelatan Parallel Event. Aktivitas-aktivitas ini menjadi ruang pembacaan yang menarik atas realitas keseharian dan polemik-polemik yang bertebaran dalam medan sosial seni kita. Sebagaimana yang dipresentasikan oleh Omnispace melalui Proyek Getok Tular di Kedai Kebun Forum serta acara pemutaran film dan diskusi santai oleh Ruang Mes 56 bekerja sama dengan FFD dan Bakudapan Food Studies dalam serial program mereka Café Society, yang kali ini mengambil Hibridos sebagai tajuk. Raintree Gallery yang menggelar presentasi karya dan workshop seni rupa dalam Trees Project, dan Krack! Studio yang menantang 6 seniman komik untuk membaca karya mereka dalam Read To Me. Hal menarik digelar oleh Kebun Bibi dalam program No Limit Werkshop bersama The Mas Rembo, yang menyerahkan seluruh materi workshop sesuai dengan minat audiens.

Parellel Event juga merangkul institusi pendidikan tinggi seni untuk melakukan pembacaan atas isu-isu yang terlontar disepanjang praktek perjalanan Biennale Jogja XIV dalam ragam pameran, workshop, dan diskusi terarah. Inisiasi yang disambut Pendhapa Art Space dengan memamerkan karya-karya fotografi dari klub foto kampus LENSA – Universitas Ahmad Dahlan, serta pameran karya komunitas Seni Rupa dan Fotografi Universitas Negeri Yogyakarta (SERUFO) yang mengambil tajuk Leuit. Disisi lain, Galeri Pascasarjana ISI Yogyakarta melakukan pembacaan atas fenomena seni partisipastoris—merupakan satu karakter khas dari program Paralell Event—melalui serangkaian proyek pameran dan diskusi seni rupa Antroposophy. (HH)

JADWAL PARALLEL EVENT
28 OKT – 3 DES 2017

 

AFTER ALL THESE YEARS
DEKA,ROT/LOVEHATELOVE, TAT(TATSOY), MADS,MUCK, GRAFORCE
Ace House Collective, 14 Okt – 20 Nov

I WAYAN SUDARNA PUTRA: MENANAM AIR
Indie Art House, 21 – 27 Okt

LIVE YOUR LIVE – Print Making Exhibition
KHAIRINA SAVIRA, SEREFINA ALFIANA, MAMSHAVA OBZA
Grafis Minggiran @ ViaVia Art Space , 21 Okt – 3 Nov

SEMINAR OF PHOTOGRAPHY
LENSA UAD PHOTOWEEK
Pendhapa Art Space, 26 – 28 Okt

KELOMPOK SAKAPAT: INSOMNIA
Indie Art House, 27 Okt – 10 Nov

WRITING FROM THE WORLD
CURATED BY IGNATIA NILU
Green Art Space, 27 Okt – 10 Nov

WHAT IS THE RIGHT THING TO DO?
WILLEM KOOTSTRA
Gallery Prawirotaman Hotel, 27 Okt – 27 Nov

FRAGMEN KECIL
15 YOUNG FEMALE ARTISTS
Nalarroepa Art Space, 28 Okt – 10 Nov

JULIAN ‘TOGAR’ ABRAHAM: SEBELUM GENDANG
Kedai Kebun Forum, 28 Okt – 14 Nov

KISS ON THE WALL PROJECT #19: TRIANTO KINTOKO
Kebun Bibi, 28 Okt – 28 Nov

TREES PROJECT – Exhibition and Workshops
Raintree Gallery, 30 Okt – 30 Nov

READ TO ME
Krack! Studio, 31 Okt

A DIFFERENT WAY OF PAINTING; A DIFFERENT WAY OF THINKING ABOUT PAINTING?
Langgeng Art Foundation, 31 Okt – 10 Des

PROJECT MURAL #4: ISROL MEDIA LEGAL
RAUL RENANDA: ANAK SUMATRA IN THE LAND OF JAVA
Redbase Foundation, 1 – 30 Nov

BODY – SCAPE – A Visual Art Exhibition
Ruang Dalam Art House, 1 Nov – 9 Des

SEJUTA CERITA ALI UMAR
Galeri Fadjar Sidik, 1 – 15 Nov

THE INDONESIAN IDEA – An Open House
INiSeum, 2 Nov – 10 Des

DONGENG TANAH
CIBELE POGGIALI ARABE, SURVIVE! GARAGE, SISIR TANAH
Jogja Contemporary, 2 Nov – 10 Des

FRAGILE – A Group Exhibition
Galeri Lorong, 3 Nov – 3 Des

SERUFO UNY: LEUIT
Pendhapa Art Space, 4 – 7 Nov

BUMBON #3: LOST AND FOUND
Art Merdeka, 4 -19 Nov

SAYA DATANG – A Collection Exhibition
SAKATO @ Taman Budaya Yogyakarta, 5 – 25 Nov

PRIHATMOKO MOKI: PRAJURIT KALAH TANPA RAJA
Kebun Bibi, 5 Nov – 5 Des

CAFÉ SOCIETY: HIBRIDOS, in collaboration with FFD and BAKUDAPAN
Ruang MES 56, Selasa & Jumat, 7 & 9 malam, 7 – 28 Nov

DIPLOMACY OF TRIVIALITY
ViaVia Art Space, 7 – 30 Nov

A LIGHTER NOTE
LINTANG RADITTYA, RUDI ATJEH, SAMBUNGHAMBAR
Ark Galerie, 9 Nov – 20 Des

ANJANGSANA: NAPAK TULIS MALIOBORO, TAMAN SISWA, PAPAN TILAS
Ngopinyastro, 10, 17, 24 Nov

SALUDOS GRAF! – An International Print Exhibition
Miracle Art Print, 10 – 30 Nov

THE MAS REMBO: NO LIMIT WERKSHOP
Kebun Bibi, 10, 17, 24 Nov

NEGRI CINTA KITA (INDONESIA)
GERIMIS UNGU PRODUCTION
PKKH – UGM, 10 -16 Nov

IKASSISRI: TOGETHERNESS
Pendhapa Art Space, 11 – 25 Nov

ANGROK ART CLUB: SUB JEDHOR
Kompleks Masjid Gedhe Mataram, 15 Nov

AiR: MARAIKE JACOBI – JOSHUA ZIELINSKY
SaRanG Building I, 15 Nov – 15 Des

PROJECT BY PEREKS
Kersan Art Studio, 17 Nov – 10 Des

PERAHU ART CONNECTION: TETRIS
Galeri Fadjar Sidik, 18 – 30 Nov

SKETSA GOENAWAN MOHAMMAD
Kiniko Art (SaRanG Building II), 18 – 30 Nov

OMNISPACE: GETOK TULAR
Kedai Kebun Forum, 20 Nov – 13 Des

TRIBUTE TO MAESTRO I NYOMAN GUNARSA
SANGGAR DEWATA INDONESIA
PKKH – UGM, 23 – 29 Nov

MASLIHAR PANJUL: RONCE
Indie Art House, 25 Nov – 5 Des

ANTROPOSOPHY
Galeri Pasca Sarjana ISI, 25 Nov – 1 Des

TRIBUTE TO TINO SIDIN – 92 TAHUN MENGINSPIRASI INDONESIA
Taman Tino Sidin, 25 Nov – 10 Des

SANGGAR BAMBU: GERAKAN KESENIAN DI TEPIAN ARUS
Galeri R.J. Katamsi, ISI, 30 Nov – 15 Des

PAMERAN TUNGGAL KERAMIK DYAH RETNO
Pendhapa Art Space, 1 – 4 Des

ALAN AARONSON: J’ALAN J’ALAN
Galeri Fadjar Sidik, 3 – 13 Des