Seniman

Sebagai bagian dari persiapan menuju Babak II Biennale Jogja 18, Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya, program prioritas nasional di bawah naungan Kementerian Kebudayaan, kembali menyelenggarakan MTN Lab: Residensi bidang seni rupa, sebuah inisiatif yang termasuk dalam tahap pengembangan talenta pada skema MTN Seni Budaya. Tahun ini, program residensi digelar di Yogyakarta dengan Yayasan Biennale Yogyakarta sebagai mitra pelaksana. 

MTN Lab merupakan wadah penciptaan dan pengembangan karya melalui program residensi, inkubasi, dan masterclass yang mendukung proses kreatif secara menyeluruh. Program ini dirancang untuk menjaring, mengembangkan, sekaligus mempromosikan talenta seni budaya Indonesia secara terstruktur dan berkesinambungan. Selain itu, MTN Lab juga menghubungkan para talenta muda dengan berbagai peluang penguatan kapasitas serta akses pasar, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Kegiatan ini berlangsung intensif selama dua minggu, mulai 24 September hingga 7 Oktober 2025, dengan melibatkan 20 seniman dan 6 kurator dari berbagai daerah di Indonesia. Program residensi MTN Lab di Biennale Jogja kali ini akan menjadi ruang bagi seniman dan kurator muda untuk bereksperimen, berdialog, serta membangun jejaring. 

Selama residensi, peserta peserta akan mengikuti rangkaian aktivitas mulai dari kelas gabungan dan terpisah, kunjungan studio, hingga produksi pameran bersama. Menjelang akhir program, para peserta akan dikelompokkan untuk saling berbagi cerapan selama kelas dan kunjungan studio, sekaligus mengekspresikan ketertarikan dan praktik masing-masing melalui karya dalam pameran bersama. Pameran ini nantinya akan digelar di Ning Art Space dan Sangkasa Gallery, Bantul serta menjadi bagian dari “Biennale Jogja 18: Kawruh”.

Asana Bina Seni merupakan program rutin yang diselenggarakan oleh Yayasan Biennale Yogyakarta sebagai upaya dalam penyediaan ruang kreasi dan edukasi bagi para seniman dan kurator muda sejak 2019. Pada tahun ini, para peserta Asana Bina Seni telah melalui sesi kelas-kelas dan kegiatan inkubasi yang dimulai sejak bulan Maret-Mei 2025,  dengan materi yang diberikan berkisar pada tema estetika, ekologi, sejarah, gender, potensi desa, pengarsipan, serta pemetaan sosial.

Asana Bina Seni tahun ini mengusung tema Prāṇaning Boro, sebuah refleksi artistik yang dipantik dari realitas keseharian warga Padukuhan Boro II, Galur, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kata Prāṇaning yang berarti “angin” atau “napas” dalam Bahasa Kawi dipilih sebagai metafora atas perjumpaan yang sekilas, singkat, namun berulang, sebagaimana hembusan angin pesisir yang senantiasa berbaur dengan kehidupan masyarakat setempat. Melalui program ini, sembilan seniman muda hadir, tinggal, dan berdialog dengan warga Boro.  

Sebagaimana angin yang senantiasa bergerak, Prāṇaning Boro menandai awal perjalanan panjang Asana Bina Seni 2025 dalam rangkaian Biennale Jogja XVIII, yang pada Babak I berfokus di Padukuhan Boro II 19-24 September 2025, lalu berlanjut 5 Oktober 2025 – 20 November 2025 pada Babak II di Panggungharjo bersama seniman Fioretti Vera, Gata Mahardika, dan Laboratorium Sedusun. Padukuhan Boro II, lokasi Babak 1 yang pertama kali mewadahi gelaran Biennale pun gelaran seni rupa, telah menjalin temu dengan seniman dan penulis/kurator muda peserta Asana Bina Seni, kelas inisiasi Biennale Jogja. Riset dari beragam pendekatan, senda gurau anak SD hingga diskusi serius, dan residensi singkat hingga kolaborasi kekaryaan telah dilakukan, dan akan dirayakan lewat karya juga rangkaian program sebagai bagian dari rangkaian Merti Dusun (tradisi syukuran desa Jawa) Padukuhan Boro II. Terdapat 7 kurator dan 11 seniman dengan karya-karya yang menghadirkan refleksi berbagai isu yang dekat dengan warga sekaligus relevan dengan persoalan yang lebih luas, mulai dari ekologi, arsip dan sejarah, hingga garis lebur.