Site Loader

Dunia berubah, seni berubah. Dengan imajinasi baru kartografi dunia yang lebih mendambakan kesetaraan, bagaimana negosiasi semacam itu bisa dibaca sebagai tawaran kolaborasi baru yang lebih egaliter dan demokratis antar institusi seni dalam berbagai konteks? Bagaimana festival seni—biennale, documenta, festival—merespon dan direspons oleh konteks sosial politik yang lebih luas dan menjadi bagian dari gerakan kolektif? Bagaimana seniman dan kurator terlibat dengan komunitas lokal, menggali pengalaman dan pengetahuan mereka, dan kemudian memasukkan semuanya ke dalam proses penciptaan dan pembuatan karya seni dengan solidaritas?

Equator Symposium Online Series 2022 telah terlaksana pada 28-29 November 2022 secara virtual. Tahun ini Equator Symposium mengangkat 2 tema yang menarik, yakni “Art, Politics and Collective Movements” dengan menghadirkan Hoor Al-Qasimi, Ade Darmawan dan Melati Suryodarmo; serta tema “Art, Aesthetics and Activism” yang menghadirkan Tintin Wulia, Ben K.C. Laksana dan Mi You (berhalangan hadir). 

 

 


 

Equator Symposium Online Series 2022 Hari 1 : “Art, Politics and Collective Movements”

Pada hari pertama Equator Symposium Online Series, Hoor Al-Qasimi, Ade Darmawan dan Melati Suryodarmo berdiskusi tentang peran “festival” atau acara seperti biennale atau documenta sebagai ruang solidaritas politik dan bagaimana institusi mereka berhubungan dengan politik yang lebih luas. gerakan. Sesi ini juga membahas peran Biennale atau perhelatan seni rupa besar pascapandemi dan dampak lainnya, termasuk gerakan dekolonisasi dan kemungkinan perubahan model biennale atau perhelatan seni rupa besar apa pun ke depannya. Bagaimana mereka melibatkan dan membayangkan publik dan komunitas lokal? Berikut adalah video dokumentasi Equator Symposium Online Series 2022 “Art, Politics and Collective Movements”. Simak selengkapnya!

Equator Symposium Online Series 2022 Hari 2 : “Art, Aesthetics and Activism”

pada hari kedua Equator Symposium Online Series, Tintin Wulia dan Ben K.C. Laksana berbicara tentang bagaimana gagasan seni, estetika, dan aktivisme saling terkait. Perspektif mereka dalam menafsirkan objek dan menciptakan situasi yang melibatkan penonton dan keterlibatan. Membaca kembali esai kritik Mi You untuk Documenta dan bagaimana dia menghubungkan konteks sosial politik di Indonesia yang memengaruhi konsepsi kolektivitas dan gerakan artistik dengan gagasan estetika bersama. Sesi ini juga berbicara tentang peran seni dalam masyarakat sebagai bentuk aktivisme, bagaimana seniman memiliki sudut pandang dan pertimbangan sendiri terhadap ruang, dan seni sebagai arsip budaya. Berikut adalah video dokumentasi Equator Symposium Online Series 2022 “Art, Aesthetics and Activism”. Simak selengkapnya!