Program Asana Bina Seni seniman individu, seniman kolektif dan penulis/kurator muda bertujuan mendorong pembelajaran, diskusi, dan inkubasi bagi praktisi muda di Indonesia. Program ini mengupayakan kolaborasi para seniman muda yang memiliki ketertarikan pada pendekatan seni lintas disiplin dan kolaboratif. Pada 29 Maret 2023, peserta Kelas Inkubasi mengikuti kelas umum dan belajar bersama tentang berbagai hal, Pada sesi kelas ini pembicara akan diminta untuk memberikan materi tentang “Praktik dan Politik Pengarsipan dalam Kesenian”, Mengapa kerja arsip dan pengolahan arsip menjadi penting untuk dunia kesenian? Bagaimana proses pengarsipan dan irisannya pada praktik politik dalam kesenian yang lebih luas? Sejauh mana metode arsip dapat dilakukan dalam praktik penciptaan karya seni? Pada kelas ini akan diikuti oleh seniman individu, kolektif, dan penulis/kurator muda yang terjaring dalam kelas Asana Bina Seni 2023 Biennale Jogja. Selama kelas berlangsung, para peserta yang terlibat diharapkan dapat menambah cakrawala pengetahuan dan membangun jejaring kerja antar generasi dan melihat ulang praktik kesenian mereka untuk kerja-kerja seni di masa depan.
Lisistrata Lusandiana, akrab dipanggil Lisis menjabat sebagai Direktur Eksekutif IVAA (Arsip Seni Rupa Indonesia) sejak 2018. Ia menjadi Ketua Program IVAA pada 2016 dan Direktur Festival Arsip pada 2017. Ia terlibat sebagai peneliti dan asisten kurator pada 2015 Biennale Jogja “Hacking Conflict” dan pernah menjadi koordinator Forum Biennale, Biennale Jogja “Age of Hope” tahun 2017. Selain itu, ia menulis untuk majalah seni budaya, menjadi redaktur majalah Mata Jendela, dan terlibat dalam beberapa pameran seperti serta proyek seni dan penelitian. Dia lulus dengan gelar Magister Ilmu Agama dan Budaya dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan tesis tentang Etnografi Backpacker, sebuah studi kritis tentang mobilitas masyarakat dan kosmopolitanisme. Dia saat ini sedang mengembangkan program yang berkaitan dengan dekolonisasi dan budaya dokumentasi.
Kelompok Pengarsipan
Peserta melakukan kegiatan kunjungan ke beberapa tempat, yang telah dibagi sesuai minat masing-masing. Kelompok Pengarsipan melakukan kunjungan pertama ke Museum Sonobudoyo Unit II. Peserta diberi kesempatan untuk berdialog bersama konservator dan berkeliling pada ruang penyimpanan koleksi dan naskah kuno. Kelas ini sebagai proses belajar bersama tentang pengelolaan arsip yang dilakukan oleh Museum Sonobudoyo, sebelum pada akhirnya dipamerkan untuk publik secara luas. Selain itu, peserta dapat melihat metode dan proses praktik pemeliharaan benda- benda sejarah. Kunjungan kedua, peserta menyambangi studio seniman FX Harsono, melihat bagaimana arsip-arsip diartikulasikan menjadi karya seni. Para seniman dan penulis/kurator muda kelas Asana Bina Seni Inkubasi belajar bersama Bapak FX Harsono tentang bagaimana metode dan cara membaca arsip sebagai konteks, wacana, dan medium penciptaan karya seni dalam kritisisme seni kontemporer secara lebih artikulatif. Selain itu sesi ini juga menjadi proses membuka cakrawala pengetahuan peserta Asana Bina Seni 2023 untuk berdialog bersama tokoh-tokoh seniman, aktivis, dan pemikir dalam konteks kesenian.
Kelompok Gender
Peserta kelompok Gender mengunjungi seniman Mella Jaarsma, kelompok ini juga menyambangi Biyung Indonesia, yakni komunitas sekaligus unit usaha sosial yang mengadvokasi isu kesehatan reproduksi. Pada kunjungan bersama Mella Jaarsma, kelompok Gender berkesempatan mengobrol intens seputar praktik-praktik kesenian Mella: metode artistiknya, bentuk-bentuk dan pendekatan material yang digunakannya, hingga tentunya fokus-fokus isu sosial dan kuasa yang diperdalam Mella. Berkarir sejak era 80an di Indonesia kala seni kontemporer belum terang, Mella telah melihat sangat banyak perkembangan di ekosistemnya, khususnya di Yogyakarta sendiri. Mella menekankan bahwa Indonesia memiliki tradisi ekosistem seni yang sangat terikat pada praktik sosial, maka dari itu seniman tidak bergerak dalam studionya semata. Mella menyarankan para seniman muda untuk tidak khawatir membuat karya yang salah atau “jelek”, dengan begitu mendorong eksperimentasi berkesenian generasi muda. Pada kunjungan kedua dengan Biyung Indonesia, peserta berkenalan dengan praktik-praktik aktivisme komunitas Biyung sejak tahun 2018. Bergerak pada awalnya dengan fokus menstruasi dan lingkungan hidup, Biyung sepanjang eksistensinya telah berkembang sebagai komunitas, sekaligus unit usaha sosial, yang mendorong partisipasi dan edukasi di tengah komunitas masyarakat dengan akses minim terhadap pemenuhan kesehatan menstruasi. Hal ini ditekankan Biyung bahwa kesehatan reproduksi bagi individu yang memiliki rahim berkaitan erat dengan kesejahteraan, opresi sistemik, dan pemiskinan perempuan.
Kelompok Ekologi
Kelompok Ekologi dalam kelas inkubasi Asana Bina Seni melakukan kunjungan ke dua komunitas, Karangkitri di Panggungharjo dan Kelompok Tani Selokraman, Purbayan Kotagede. Kelompok Ekologi berfokus pada kunjungan yang berkaitan dengan tema ekologi, mulai dari hubungan seni dan ekologi, hingga praktik kesenian dan/atau gerakan warga yang menggunakan kesenian/praktik budaya sebagai platform untuk melakukan advokasi isu-isu lingkungan hidup. Di Karangkitri, peserta belajar tentang pengolahan sampah mandiri yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS). Kunjungan kedua adalah ke Kelompok Tani Melati Green, Selokraman bersama Panen Apa Hari Ini untuk belajar, jalan-jalan, dan mengobrol bersama tentang praktik pertanian di perkotaan. Kunjungan ke berbagai gerakan ekologi warga merupakan upaya mendekatkan para peserta dengan situasi dan realitas terkait dengan permasalahan ekologi, serta merefleksikan bagaimana seniman berkontribusi dalam gerakan warga.