Artist Talk
“FRAGILE”
Ivan Bestari Minar, Veroz Alvansyah Ramsy, dan Purnomo.
Galeri Lorong
Dusun Jeblok, RT. 01, Tirtonirmolo, Kasihan
Sabtu, 25 November 2017, 16.00
Pameran craft bertajuk ‘Fragile’ ini menampilkan karyai 3 seniman, yaitu Ivan Bestari Minar, Veroz Alvansyah Ramsy, dan Purnomo. Wicara seniman sore ini berusaha menggali berbagai proses kreatif ketiganya. Veroz, seniman yang menampilkan bentuk ekspresi personal ini menanggapi pertanyaan mengapa memiiih karya dalam medium craft . Veroz menjawab bahwa pertemuannya dengan craft adalah ketidaksengajaan, karena awal ketertarikannya adalah pada lukisan. Kesenangan pada craft ketika banyaknya kemungkinan yang dihasilkan dari sebuah olahan craft. Diakui bahwa tidak menguasainya teknik glasir, mengakibatkan karyanya cenderung berwarna monokrom. Secara pribadi dirinya tidak memiliki gagasan rumit, proses kreatifnya berjalan mengalir begitu saja. Bagi Veroz, craft menghasilkan kedekatan antara pembuat dengan bahan material karena harus bersentuhan. Ketertarikan pada eksplorasi mediumlah yang mengikatnya untuk terus menggali berbagai kemungkinan dalam craft. Seni dimaknai sebagai salah satu fungsi hidup, jadi tidak terpatok pada material. Veroz sampai saat ini masih mencari kekhasan material dalam karyanya.
Seniman berikutnya adalah Ivan yang menggunakan berbagai olahan kaca bekas. Dalam medium kaca yang rapuh, setiap kaca memiliki karakteristiknya sendiri, tinggal bagaimana mengkolaborasi karakteristik di dalamnya. Semua kaca, baik kaca patri sekalipun berpotensi untuk digunakan. Dalam craft banyak sekali kemungkinan hasil yang tidak terduga, terutama setelah proses pembakaran. Jadi teknis pekerjaan berjalan bersama dengan pemahaman terhadap penguasaan medianya. Maka kemampuan memahami material adalah capaian estetik. Baginya pemilihan bahan juga tidak terlalu sebagai strategi artistik, tetapi mengalir saja, bersama kesenangan dan ketagihan pada masing-masing bahan. Memang eksplorasi material ini belum banyak dilakukan.
Seniman ketiga adalah Purnomo, juga bercerita mengenai praktiknya berangkat dari eksperimen. Setelah banyak melakukan eksplorasi warna glasir, Purnomo mencoba berbagai macam metode warna dengan memainkan berbagai macam suhu pembakaran. Melalui banyaknya eksperimen yang telah dilakukan, Purnomo sudah merasa nyaman dalam menarasikan karyanya dengan medium craft.
Terakhir, Arham Rahman, sebagai kurator pameran ini menutup dengan alasan pemberian tema ‘Fragile’. Jika fragile dipersonifikasikan dalam konteks psikoanalisa, bahwa manusia harus mengalami keretakan sebagai pintu masuk ke kebudayaan setelah tahap mirror stage. Poin inilah yang ingin ditarik ke dalam presentasi karya-karya dalam pameran. Satu hal menarik adalah setiap material melahirkan capaian estetik yang berbeda, dimana sering ditemukan secara insidentil. Bahkan tidak jarang ketika kecacatan memiliki estetiknya sendiri.
Dengan berbagai macam metode yang ada dalam craft, bahkan setiap seniman berpotensi menemukan metodenya sendiri, sekaligus resikonya. Dalam diskusi ini terlihat bahwa kesenangan pada material adalah tahap pertama dalam craft, tahap yang pada praktik kontemporer digantikan dengan gagasan/konseptual. (Hardiwan Prayoga)