Wayang Beber dengan Lakon Dhamarwulan
Canka Mahameru
Performance Art
Alun-alun Kidul
Sekitar pukul 21.00 WIB tepatnya tanggal 20 Oktober, Nampak sekelompok orang berpakaian beskap, serta sanggul sederhana yang dipakai perempuan itu, berjalan menuju tengah Alun-alun Kidul, menyela di antara riuh-sorai masyarakat sekitar, sambil membopong perlengkapan pementasan wayang, yang terdiri dari gamelan, debog pisang, kelir (layar untuk mementaskan wayang), serta beberapa sesajen. Mereka akan melakukan pementasan wayang beber di tengah keramaian publik, tepatnya di depan pohon beringin besar.
Pementasan dimulai dari mereka berjalan kaki sambil membawa sesajen dan menyenandungkan lagu-lagu Jawa menuju tempat pementasan. Tak seperti pagelaran wayang kulit pada umumya, mereka menampilkan wayang adegan per adegan dengan membeberkan wayang pada kelir. Wayang Beber merupakan pertunjukan wayang yang terdiri dari gulungan kertas wayang yang berisi cerita pewayangan. Pada malam itu, Canka Mahameru menampilkan lakon Dhamarwulan.
“Dalang mengisahkan cerita Dhamarwulan”
Tak sembarang orang boleh memainkan wayang beber. Di Pacitan wayang beber dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya untuk memeliharanya. Selain di Pacitan, wayang beber tersimpan dengan baik di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul.
Setiap lembar diberikan tongkat kayu panjang di kedua sisinya, yang digunakan untuk menggulung cerita atau memperlihatkan cerita selanjutnya. Saat pertunjukan, dalang menggunakan kayu panjang yang menjadi penunjuk setiap cerita dan tokoh yang diceritakan. Pengiringnya pun tak sebanyak wayang kulit yang bisa mencapai puluhan orang. Lima orang saja termasuk sang dalang. Terdiri dari empat pemusik dan 1 dalang.
Respon masyarakat terhadap wayang beber cukup besar, mengingat lokasi yang dipilih di tempat keramaian, memancing orang untuk datang dan melihat dari awal sampai akhir pertunjukkan. Penonton begitu khidmat menikmati pertunjukan wayang beber tersebut. Sebagian masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tersebut, merasa kurang maksimal dikarenakan tidak adanya sound system yang memadai, hanya mengandalkan suara dari dalang yang tidak terlalu terdengar. Namun memang seperti inilah konsep yang ingin disajikan dalam pertunjukan ini. Konsep sebuah pagelaran dengan format bukan sebagai tontonan.
Kelompok pertunjukan ini menamai diri sebagai Canka Mahameru. Canka Mahameru sendiri adalah sekumpulan mahasiswa yang mencintai dunia seni, tak melulu wayang, mereka mempelajari pedalangan, karawitan, seni rupa, musik. Berdiri sejak 13 November 2015 dan beralamat di Perum Puspa Indah Blok S : 18 Kasongan. (Prastica Malinda)