Seniman: I Wayan Sudarna Putra (Nano)
Indieart House
JL AS Samawaat 99, Ds. Bekelan
Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Pukul 4 sore, halaman Indieart House yang berlokasi di Dusun Bekelan, Bantul, Yogyakarta mulai dipadati oleh para undangan dan kerabat. I Wayan Sudarna Putra, yang biasa dipanggil Nano, mengawali seremoni Menanam Air dengan membagikan sepenggal kisah yang hangat.
Nano menjelaskan keinginannya untuk menghidupkan kembali spirit ekologis dengan menginvestasikan air yang ada di bumi melalui penanaman pohon. Spiritnya tersebut ia tuangkan ke dalam proses kesenian, dengan merakit anyaman bambu yang melapisi bibit pohon yang telah ia tanam sebelumnya. Proyek seni ini awalnya dilakukan di Bali hingga pohon ke 43. Kemudian, pohon Jambu yang ditanamnya di luar Bali ini menjadi pohon ke-44. Secara teknis pemilihan tempat menanam dilakukan secara personal dan atas kesediaan pemilik lahan.
Proyek ini tidak selalu berhasil. Beberapa pohon mati (8), 3 pohon yang ditanam di areal parkir sekolah rusak, dan 5 yang lain hilang. Nano menganggapnya sebagai kegagalan kolaborasi dan hal tersebut berada di luar kendalinya, sehingga ia merasa tidak berhak baginya untuk menghakimi.
Ketika disinggung apakah proyek tersebut pernah atau akan dilakukan secara luas, Nano menjelaskan bahwa perayaan serupa memang sudah menjadi rutinitas dan mulai kehilangan esensinya di tengah masyarakat, terutama di Bali, tempat proyek tersebut dilahirkan. Harapannya, dengan proyek ini hal yang sudah menjadi tradisi tersebut dapat dibangkitkan kembali sebagai lokalisme dan spirit yang menular.
Proses kesenian Nano dapat dihubungkan dengan tradisi seperti tumpek uduh. Menurut Nano, bagaimana kita bisa merayakan budaya jika kita sendiri ‘tidak bisa’ menanam. “Kita sangat dekat dengan alam, sangat membutuhkan keberadaan lingkungan dan pohon. Kalau pohon-pohon hilang, kita mau kemana,” jelas Nano.
Kegiatan seperti ini memang tidak menguntungkan secara material, namun lebih pada mengayah alam. Banyak orang ketika melakukan sesuatu hanya memikirkan manfaat instan yang didapat. Dengan proyek seperti ini Nano berharap, tidak hanya akan menumbuhkan kesadaran ekologi tapi juga kesadaran berbudaya. (Saveera Vivid)