Rajah Kota: Nalajaya Numbak Celeng
Dhomas “Kampret” Yudhistira
Mural
Ruang Publik
Masifnya persoalan hoax yang terjadi akhir-akhir ini di sosial media, telah merambat ke dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta, menjadi dasar lahirnya proyek ini. Masyarakat saat ini mudah sekali diperdaya dan dihasut oleh kabar berita yang belum tentu sahih kebenarannya. Kemajuan teknologi dan informasi bukannya diiringi dengan kemajuan cara berpikir, tetapi malah diiringi dengan kemunduran cara berpikir. Masyarakat hari ini terpikat oleh pesona kemajuan teknologi dan terhanyut dalam realitas maya dengan segala kenikmatan di dalamnya, sehingga ia lupa akan realitas yang sebenarnya. Ia lupa mana yang benar dan mana yang salah. Semua telah menjadi kabur. Tidak ada lagi batas antara penanda dan petanda; batas antara wujud dan maknanya.
Berdasarkan hal tersebut, proyek Rajah kota hadir untuk “menangkal” hoax yang telah beredar di tengah masyarakat Yogyakarta hari ini. Lebih lanjut, proyek yang digagas oleh Dhomas “Kampret” dimaksudkan pula untuk melindungi dan menjaga harapan-harapan agar tetap terus ada di dalam diri masyarakat itu sendiri. Menjaga harapan dari ulah oknum yang tidak bertanggung jawab dan yang ingin memecah-belahkan semangat keberagaman dan kerukunan masyarakat kota ini.
Lebih jauh penjelasan konsep ini adalah “Celeng; hoax, Celeng Kewengen: penyebar hoax yang sudah melampaui batasnya (bablas). Hoax (berita bohong) dan upaya memutar-balikan fakta, harus dihadapi dengan pikiran yang jernih (ning), bahwasannya “becik ketitik ala ketara” sesuatu yang baik atau salah pada akhirya akan terungkap. Dengan demikian, penyebar hoax tersebut bersiap untuk “diganggu” oleh masyarakat.
Aksi mural ini berlangsung sejak tanggal 11-31 Oktober 2017, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, di ruang publik tepatnya di beberapa titik ruang kosong kota Yogyakarta. Sebuah aksi yang memang sering dijumpai dan diyakini sebagai waktu yang tepat untuk “menyulap” tampilan ruang kota, karena tidak banyak publik yang memperhatikannya. Namun, tanpa diduga aksi ini ternyata menjadi sorotan ramai warganet di sosial media, seperti cuitan di akun twitter @Jogjaupdate @GangsarRizkiR: Nongki-nongki di Kleringan, ada yang gambar-gambar di tembok :)) kejadian pukul 01.40 WIB. Ada pula cuitan dari @SinggihPrasetyo: Lebih baik dari vandalisme, walau lebih mulia lagi minta izin sama yang punya tembok biar di neraka gak binggung waktu ditanya malaikat. @asrofuu24: coba wacanen kuwi aksara jawane iso ora? Ojo ming pota poto postang posting. (Rio Raharjo)