Rabu, 1 November 2017 merupakan hari yang perlu dicatat. Pada hari itu Redbase Gallery membuka program pamerannya dengan menampilkan karya-karya Raul Renanda yang berkolaborasi dengan Kenzo Wienand, sekaligus menjadi penanda pembuka dari karya mural yang dikerjakan oleh Isrol Media Legal.
Diawali dengan presentasi Raul Renanda yang menceritakan berbagai pengalaman dan elemen dari hidupnya yang secara langsung tak langsung memengaruhi proses kreatifnya, mulai dari pengalamannya menikmati lukisan abstrak Amri Yahya, teknik bermain piano dan arsitektur yang telah menjadi praktik kesehariannya.
Ia menceritakan bagaimana ia bisa sangat akrab dengan praktik-praktik yang dekat dengan metode kerja arsitek dan seniman, karena pengalamannya sewaktu kecil yang sering kali diajak oleh ayahnya yang saat itu dalam proses mengerjakan taman impian jaya ancol. Di momen itulah ia banyak bersinggungan dengan sosok arsitek dan seniman, yang secara langsung ataupun tidak memberinya pengaruh hingga kini.
Presentasinya disajikan cukup menarik, karena ia menampilkan semua elemen yang cukup signifikan dalam hidupnya. Hal tersebut ia ceritakan satu persatu dengan metode yang sangat sederhana, yakni dengan menampilkan kata kunci, kemudian dilanjutkan dengan cerita. Beberapa kata kunci yang ditampilkan diantaranya ialah: amri yahya, Ancol, Mobil, Desain, Art Rock, Drum, Piano, dan arsitektur. Melalui beberapa kata kunci tersebut ia bercerita panjang lebar soal berbagai hal yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi metodenya dalam berkarya.
Dari beberapa hal tersebut yang salah satunya menjadi metode penting ialah teknik bermain pianonya, yang memberi banyak pengaruh pada caranya membangun struktur kerja arsitektur dan seni. Meski di akhir paparannya, ia membuat semacam pembeda antara seni dan desain. Ia memaknai seni sabagai ruang yang mewadahi hasratnya yang seringkali teridentifikasi sebagai hasrat yang chaos. Sementara desain menjadi wadah dari ekspresinya yang lebih tertata, dan bahkan sangat tertata atau terlalu ‘polished’.
Yang menjadi poin menarik dari serangkaian paparan yang diberikan oleh Raul Renanda ialah subjektivitasnya, kisah personalnya yang banyak memberi pengaruh dalam proses kreatifnya sebagai arsitek sekaligus seniman. Juga pengalamannya memaknai batik, yang kemudian ia jadikan elemen pembanding dengan etos kerja masyarakat ‘barat’, yang berorientasi pada kesempurnaan, sementara itu, Raul Renanda juga membaca kecenderungan masyarakat kita melalui batik, yang tidak mengejar kesempurnaan, namun olah rasa.
Pada kesempatan ini, Raul Renanda berkolaborasi dengan Kenzo Wienand. Keduanya merupakan ‘murid’ dari Roby Sularto. (Lisistrata Lusandiana)