Bagaimana upaya Biennale Jogja 17 (BJ17) supaya pewacanaan kuratorial dan capaian yang diharapkan—dalam kasus ini: dekat dengan masyarakat—dapat terwujud?
Nampaknya, BJ17 menyelenggarakan satu kegiatan yang ampuh untuk mengumpulkan warga, yaitu pemutaran film. Program aktivasi ini, dinamakan Partykelir. Platform ini sendiri, telah dilaksanakan selama 5 kali di berbagai tempat.
Pada Partykelir #1 (Sabtu, 7 Oktober 2023), BJ17 bekerjasama dengan Komisi Komunikasi SVD Ende dan Maumere Cinema untuk memutarkan film Ria Rago (1930). Ceritanya sendiri berkutat pada gadis katolik di Ende yang dijodohkan oleh ayahnya ke pemuda muslim yang sudah beristri. Namun, filmnya tidak rampung disaksikan. Listrik tiba-tiba mati. Sehingga agenda langsung dilanjutkan dengan diskusi bersama Eka Putra Nggalu (Komunitas KAHE) untuk membicarakan konten dan konteks filmnya.
Sabtu, 21 Oktober 2023, Partykelir #2 diadakan di Balai Budaya Karangkitri. Agenda ini bertepatan dengan pembukaan pameran anak Saba Sawah. Oleh karenanya, BJ17 mengajak Bioscil (ekshibitor film anak) untuk memrogram film yang sekiranya cocok untuk anak-anak. Terpilihlah film animasi Bawang Kembar (2015) dan filmIncang Inceng (2017). Penonton—yang sebagian besar adalah anak-anak—terlihat begitu senang dan tergugah, dilihat dari sesi berbagi yang dilakukan setelah pemutaran.
Kedua edisi tersebut, memilih pendekatan yang biasa dilakukan ekshibisi film biasanya. Membiarkan penonton untuk hadir pada tempat pemutaran. Akhirnya, penonton memiliki kesempatan untuk sekaligus menyaksikan karya-karya yang jadi sajian dari pameran seni rupa kontemporer BJ17.
Berbeda dengan edisi selanjutnya, pendekatan yang dilakukan adalah lebih ke menyambangi penonton. Layar dibentangkan di tempat-tempat yang biasa menjadi pertemuan warga. #3 (5/11) yang berkolaborasi dengan KDM Cinema x Sinema Keliling di Pendopo Paramartha (Dusun Gendeng), #4 (11/11) yang bermitra dengan Blur House x Sinema Keliling di Joglo Pringgo Wiyono (Dusun Sawit), dan #5 (18/11) yang bekerjasama dengan Festival Film Purbalingga x Sinema Keliling di lapangan serbaguna Dusun Ngentak.
Dengan sengaja, film-film yang dipilih oleh programer memiliki pesan yang tersirat, cenderung ringan untuk dicerna dan bersifat komedik. Menimbang tempat pemutaran dan bayangan audiensnya. Dan yang terjadi, penontonnya lebih banyak ibu-bapak dan anak-anak, dibandingkan pemuda-pemudi. Mereka terlihat begitu antusias dan bahagia, memiliki kesempatan untuk rehat dari keseharian.