Tentang

Menakar Sensualitas Pinggul

Sabtu malam, 14 Oktober 2023, Ela Mutiara mengaktivasi karyanya dalam program Pilin Takarir. Ela menawarkan wacana “Koreografi Sensualitas: Menakar Pinggul dan Panggung Bajidoran” melalui ceramah pertunjukan. Bajidoran sendiri merupakan pertunjukan seni yang berkembang di Jawa Barat. Pada praktiknya, penari berada di atas panggung (tidak berbaur dengan penonton), dan musik berimprovisasi dengan koreografi yang dilakukan oleh penari. Penonton kemudian akan menyawer seiring berjalannya pertunjukan.

Tidak langsung berceramah, agenda malam itu dibuka dengan pemutaran film dokumenter yang disutradarai oleh Ela Mutiara, “Dari Pinggul ke Panggung”. Film ini merekam kilas perjalanan kesenian dan pemikiran Ida Rosmiati, penari sekaligus pendiri grup bajidoran Guyon Wargi Group, Bandung. Film ini menyusur kesenian bajidoran tidak hanya sebagai media hiburan dan ekspresi artistik yang tumbuh di lingkungan rakyat kelas menengah ke bawah, tetapi juga bagaimana Ida Rosmiati menjadi subjek yang menjalankan agensi kultural dalam memastikan ruang aman bagi para penari perempuan yang berada di lingkungannya.

Setelah filmnya selesai diputar, Ela langsung berdiri di depan stand mikrofon dan stand partitur sambil memegang secarik kertas. Ia mulai membaca-paparkan bagaimana asal-usul, kondisi, dan citra bajidoran. Sesekali ia tunjukan bagaimana gerakan yang biasanya dilakukan penari ketika bajidoran. Lalu ia memertanyakan, apakah bajidoran yang sering diasosiasikan dengan hal yang sensual karena menonjolkan gerakan goyang, gitek, dan geol pada bagian dada dan pinggul, akan dianggap sensual apabila dilakukan oleh laki-laki?

Koreografer asal Sukabumi ini kemudian mengajak Aris, salah seorang temannya yang berasal dari Aceh. Aris memeragakan gerakan-gerakan dasar yang dilakukan dalam kesenian bajidoran. Penonton terlihat mencoba mencermati pertanyaan dan sajian yang berada didepannya. Kemudian Ela menyusul Aris, mereka berdua berpegangan, bergerak tarik dan tolak, berputar, dengan saling bertatap-tatapan.  Bagian ini mencoba menunjukan bagaimana pengaruh gaze dalam pertunjukan.

Ceramah pertunjukan selesai, dilanjut dengan diskusi yang dipandu oleh Shohifur Ridho’i (Peneliti Kuratorial Biennale Jogja 17). Tidak banyak penonton yang bertanya atau menanggapi. Mungkin masih perlu mencerna apa-apa saja yang dialami malam itu.